Lihat ke Halaman Asli

Susanti Hara

Seorang pendidik yang suka berkreasi

Geliat Literasi dalam Dunia Pendidikan Luar Biasa

Diperbarui: 5 September 2018   14:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembukaan Lomba oleh Panitia Penyelenggara dan Jajaran DInas Provinsi

Menilik 2 tahun ke belakang, seringkali saya mendengar orang-orang tertentu yang mendiskreditkan anak-anak luar biasa. Misalnya saja dalam hal membaca dan menulis.

"Untuk apa sih anak SLB capek-capek belajar baca dan nulis?" komen mereka. "Toh gitu-gitu juga."

Jujur, rasanya sangat tidak enak sekali karena seakan tidak menghargai jerih payah para pendidik yang berusaha untuk memajukan anak luar biasa. Lomba di kalangan dunia pendidikan luar biasa memang banyak sekali, dan kebanyakan dalam hal menari, olahraga, atau lainnya yang dipandang "agak berbeda dari kegiatan membaca, menulis, atau literasi di sekolah-sekolah".

Kehadiran Lomba Literasi Nasional Tingkat Kota Bandung, Rabu, 29 Agustus 2018 yang bertempat di SLB Cicendo, setidaknya mulai menggeser pandangan negatif tersebut. 

Meski lomba peserta didik tingkat kota Bandung ini hanya diikuti kurang lebih 30 peserta didik dari berberapa gugus dan beberapa mata lomba, namun setidaknya, ini menjadi gebrakan baru sebagai bukti bahwa anak luar biasa pun memiliki potensi. Di balik keterbatasan anak-anak memiliki kemampuan luar biasa.

Misalnya saja, peserta didik di sekolah saya yang terkenal dengan perilaku uniknya, sering jahil, menggangu orang lain, dan juga agak nyeleneh dari perilaku anak normal pada umumnya, dari mulai latihan di sekolah sebelum lomba sudah terjadi perubahan yang sangat positif. Apalagi begitu berhasil sebagai juara lomba ketiga, perubahannya semakin positif meski sebagai anak luar biasa, tetap saja masih ada ciri khasnya.

Dalam kegiatan lomba tersebut, sebagai pendidik dalam dunia pendidikan luar biasa, saya terharu menyaksikan berbagai anak luar biasa yang memiliki keterbatasan, namun begitu percaya diri untuk menampilkan "kabisa" atau unjuk kemampuan. Misalnya saja saat anak tunanetra berkompetisi dalam lomba membaca puisi.


Selain lomba puisi, dalam kegiatan tersebut ada juga lomba membuat komik strip. Pesertanya hanya 4 orang, namun karyanya sungguh luar biasa.

pengarahan sebelum lomba membuat komik strip - Dok. Susanti Hara

Selain lomba membaca puisi dan membuat komik strip, ada juga lomba bercerita atau mendongeng, ada lomba membuat sinopsis, ada lomba membuat cerita pendek, ada lomba membuat puisi dan membacakannya.

Para peserta yang masih bertahan hingga acara usai (dok. pribadi)

Meski tidak dapat menyaksikan semua mata lomba, namun mencermati secara langsung antusiasme para peserta lomba, setidaknya ini menjadi satu hal yang sangat menggembirakan. Geliat literasi dalam dunia pendidikan luar biasa, memasuki dunia kompetisi tentu akan terus memacuu semangat berpresatasi baik bagi gurunya sebagai pendidik maupun peserta didiknya sebagai peserta lomba.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline