Lihat ke Halaman Asli

Susanti Hara

Seorang pendidik yang suka berkreasi

Hadiah Lebaran Bermakna Bagi Anak Disabilitas Dhuafa

Diperbarui: 8 Juni 2018   21:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak Tunarungu yang menerjemahkan ceramah - Dok. Susanti Hara

Seringkali kita menganggap hadiah lebaran itu sesuatu yang berarorama materi, seperti: uang, makanan, pakaian, dan lain-lain. Namun, persepsi itu akan berbeda ketika melihat anak-anak disabilitas menampilkan kreasi dan membawa pulang hadiah lebaran. Anak-anak yang memiliki keterbatasan diri baik dalam segi fisik, kognitif, mental, sensorik, emosional, perkembangan atau beberapa kombinasinya itu begitu bebas untuk menampilkan kepandaian mereka dalam bidang tertentu pada bulan Ramadan ini.

Dalam kegiatan We Share We Care yang diselenggarakan Rumah Hasanah di Function Hall BTC Pasteur Bandung, Rabu, 06 Juni 2018, anak-anak disabilitas dapat mengekspresikan kemampuannya sebelum menerima santunan agar mereka dapat lebih ceria ketika berlebaran nanti. Sebagai pembuka acara, anak-anak tunarungu dari SLB B Sukapura Bandung yang memiliki keterbatasan pendengaran tampil memukau dengan tarian oratoriumnya.

Dalam kesempatan ini, pada saat ceramah Ustadz Abi Diki, seorang anak tunarungu  menerjemahkan apa yang disampaikan sang ustadz agar teman-temannya yang datang pada acara tersebut memahami apa yang disampaikan penceramah.

Tak hanya anak tunarungu saja yang tampil. Anak autis dan anak disabilitas lainnya yang belajar di Rumah Hasanah begitu bebas mengekspresikan diri menampilkan drama musikal berjudul Puasa Pertama.

Penonton yang melihat drama tersebut dibuat takjub dengan sibuknya para guru menyiapkan anak-anak yang peralatan atau media yang akan digunakan dalam menampilkan pertunjukkan. Tampak sekali betapa tak mudah mengatur anak autis untuk mengikuti arahan gurunya. Namun begitu, para guru berusaha bersikap tegas agar anak autis tetap berada di panggung dan melanjutkan drama musikal.

Di kesempatan lainnya, tampil juga anak-anak tunagrahita. Anak-anak tunagrahita yang dikenal memiliki IQ dibawah rata-rata normal pada umumnya ini bernyanyi bersama dan melengkapinya dengan gerakan ekspresi bebas.

Anak tunagrahita bernyanyi - Dok. Susanti Hara

Selain bernyanyi, peserta didik tunagrahita SLB B Terate juga kompak ketika memainkan jimbe dan menyanyikan lagu Halo-Halo Bandung dengan arahan dari sang guru. Dan ketika seorang temannya tiba-tiba naik ke panggung lalu berjoget, makin menghebohkan suasana.

Anak tunagrahita bermain jimbe - Dok. Susanti Hara

saya penasaran dan bertanya kepada salah satu gurunya, ternyata penampilan anak lelaki dan berjoget di antara teman lainnya tidak direncanakan sama sekali. Bahkan ada penyanyi sungguhan yang sengaja berinteraksi mengajak anak-anak disabilitas ke panggung untuk memeriahkan acara, bernyanyi bersama dan juga berekpresi dengan gerakan bebas.

Namanya juga anak luar biasa yang sebagian mengenalnya dengan sebutan disabilitas, beberapakali sang penyanyi harus berjibaku bernyanyi dan mengarahkan anak-anak agar lebih tertib. Penyanyi satu ini begitu unik karena terus berusaha mengalihkan perhatian anak dan membuat mereka berinteraksi dengan tertib.

Kegiatan anak demi kegiatan anak dalam acara ini terus berlanjut hingga pada pembagian santunan atau hadiah kepada anak-anak disabilitas yang sebagaian besarnya termasuk dhuafa atau dari golongan ekonomi lemah. JIka melihat langsung di lokasi acara, pasti penonton akan terharu. Betapa hebatnya anak-anak luar biasa ini mengekspresikan diri.

Mereka begitu bahagia ketika berada di panggung dan mengekspresikan diri. Lebih bahagia lagi ketika anak-anak disabilitas ini menerima hadiah untuk berlebaran berupa: amplop putih berisi sejumlah uang, bingkisan yang berisi makanan ringan, minuman, kaos, dan lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline