Lihat ke Halaman Asli

Susanti Hara

Seorang pendidik yang suka berkreasi

Antara Obrog, Adzan Awal, Pengingat Sahur di Masjid, dan Sirine Imsak

Diperbarui: 5 Juni 2018   20:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peralatan yang digunakan kelompok obrog - Dok. Susanti Hara

Pada pukul 02.30 dini hari, di salah satu daerah di Kecamatan Kiaracondong, selama Ramadan 2018 ini selalu terdengar sekelompok anak berkeliling memecahkan keheningan. Mereka membangunkan warga untuk sahur di bulan Ramadan menggunakan tabuhan alat-alat yang unik yang jarang mereka mainkan pada hari biasanya, seperti: dog-dog, drum bekas, ember bekas, dan juga beduk kecil.

Dari gang ke gang,  mereka berkeliling membangunkan warga untuk sahur. Bebunyian ember bekas, dan lainnya mengahisalkan perpaduan irama beratutarn, diiringi lagu-lagu Sunda dan lagu lainnya sebagai pengiring selama perjalanan. Selain itu, ada atraksi anak yang mengenakan barongan sambil berjoget.

Atraksi obrog-Dok.Susanti Hara

Selain berkeliling, sampai di lokasi rumah tertentu yang ada anak kecilnya, biasanya mereka memanggil nama anak itu dengan nyaring, bahkan orangtua anak itupun dipanggil dengan panggilan yang umum, semisal dengan nada seperti bernyanyi: bapak ibu sahuuuur.

Meskipun demikian, tak ada satupun warga yang melarang mereka. Tradisi yang terkenal dengan obrog ini pada setiap harinya akan berakhir ketika anak-anak  bubar dan pulang ke rumah masing-masing pada pukul 03.30 untuk sahur. Dan saat adzan subuh mereka berangkat ke masjid untuk sholat subuh dan mengikuti kegiatan ceramah subuh selama Ramadan.

Menurut beberapa orang teman, tradisi obrog ini berasal dari bebunyian alat musik yang sering ditabuh anak-anak. Meskipun tak diketahui dengan pasti penciptanya, namun selama Ramadan, di berbagai daerah banyak sekali rombongan obrog.

Selain obrog, ada juga adzan awal sebagai cara untuk membangunkan dan mengingatkan warga untuk sahur warga. Adzan awal yang biasanya saya dengar yaitu pukul 03.00 WIB. Dengan melihat jam pada zaman sekarang ini, tentu saja masyarakat bisa membedakan yang mana adzan awal untuk mengingatkan sahur dan juga yang mana adzan subuh untuk mengajak warga ke masjid sholat subuh berjamaah.

Hal tersebut tentu saja berbeda dengan pengingat waktu sahur pada zaman Rasululloh yang belum secanggih sekarang. Pada zaman Rasululloh, saat Bilal adzan pada waktu malam, maka masyarakat Arab saat itu sudah tahu bahwa itu waktu makan dan minum untuk sahur. Sedangkan jika terdengar adzan Ummi Maktum, itu tandanya waktu sahur berakhir, harus segera berpuasa, dan ajakan melaksanakan sholat subuh.

Di satu daerah di Kiaracondong ini, selain ada obrog, dan adzan awal, ada juga pengingat waktu sahur. Caranya cukup unik dengan mengingatkan warga untuk segera bersahur. Tak hanya sekedar mengingatkan saja, bahkan pemberi pengumuman melalui pengeras suara itu akan menghitung mundur sisa waktu sahur yang semakin mendekati imsak, atau saat dimulainya tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa, seperti makan dan minum.

Dan uniknya lagi, begitu waktu imsak tiba, akan ada bunyi sirine yang sangat nyaring melalui pengeras suara masjid. Bunyi sirine ini menandakan waktu imsak telah tiba. Selain bunyi sirine, ada juga seruan waktu imsak dari pengeras suara masjid dengan nada panjang,

Imsaaaak.

Nah, berdasarkan curhatan dari beberapa orang, biasanya yang pada malas sahur begitu mendengar pengingat imsak yang begitu panjang dari pengeras suara masjid akan segera mengambil air minum untuk mengambil berkah dari waktu sahur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline