Lihat ke Halaman Asli

Susanti Hara

Seorang pendidik yang suka berkreasi

Cinta, Kepedulian, dan Cita yang Melahirkan Kesuksesan Besar Toyota

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama ini saya paling cuek dengan kendaraan yang ada di sekitar saya. Paling-paling, kalau hal-hal sekeren itu buatan luar negeri. Setidaknya, begitulah berita yang sering saya dengar dari mulut ke mulut atau pun media lainnya di masa lalu.

Hanya ada satu mobil yang setahu saya diakui sebagai karya anak bangsa beberapa tahun lalu, yaitu mobil Timor (Teknologi Industri Mobil Rakyat), merek mobil nasional Indonesia, seperti halnya Proton di Malaysia. Itupun pada akhirnya menjadi berita yang kurang enak didengar karena beberapa teman dulu bilang, model mobilnya meniru habis buatan Malaysia.

Berbeda dengan setelah mendapat kesempatan berkunjung ke TMMIN (Toyota Motor Manufacturing Indonesia)-Sunter 1 Plant, Jakarta Utara pada 10 Juni 2015, saya jadi lebih peduli mengenal kendaraan di sekitar lingkungan. Bersama 20 Kompasianer lainnya, saya baru tahu kalau tangan-tangan anak bangsa Indonesia telah menghasilkan karya beroda empat yang mendunia, seperti;  Kijang Innova, Fortuner, Etios Valco, Vios, dan Yaris. Bahkan, kesuksesan tersebut memiliki kisah sejarah panjang pendirinya.

Mobil-mobil mentereng tersebut di produksi di PT. TMMIN Karawang 1 dan 2. Bahkan, produk-produknya sudah diekspor ke lebih dari 70 negara yang ada di dunia. Sebenarnya TMMIN memiliki 4 pabrik di Indonesia yang telah beroperasi di Sunter dan Karawang, serta satu pabrik lagi di Karawang yang dijadwalkan akan mulai beroperasi di awal tahun 2016.

Saat ini TMMIN memiliki delapan ribu lebih karyawan, telah memproduksi 250.000 kendaraan, dan memproduksi 195.000 mesin. Angka yang sangat mencengangkan bagi saya secara pribadi yang baru tahu kalau perusahaan tersebut menyerap begitu banyak SDM (Sumber Daya Manusia) yang ada di Indonesia.

Sepanjang 2015 TMMIN mengekspor sedikitnya 160.000 unit kendaraan utuh atau meningkat dari tahun 2009, lebih dari 500 persen dari kisaran 30.000 unit. Lebih mencengangkan lagi, perusahaan yang memiliki moto, “Kami Membangun SDM Sebelum Produk” ini, telah memiliki banyak penghargaan hingga tingkat dunia, dan sejarah panjang pendirinya, Sakichi Toyoda.

Dalam penjelasan mengenai sejarah Toyota Indonesia di TMMIN, saya baru tahu kalau  kecintaaan dan kepedulian seorang putra terhadap ibu dan keluarganya, berbuah sangat manis hingga mendunia. Hal tersebut menjadi perhatian tersendiri karena Sakichi Toyoda telah mewariskan banyak hal, seperti; kisah cinta, kasih sayang, dan kepedulian terhadap ibunya dibalik kesuksesan yang mengharukan, ilmu pengetahuan, dan prinsip hidupnya yang terus digunakan Toyota hingga kini. Perjalanan spiritual untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat sekitarnya pada saat itu.

Saat berusia 20 tahun, di rumahnya yang sederhana, Sakichi Toyoda mengamati ibunya yang seharian bekerja menenun kain menggunakan alat tenun biasa. Anak tukang kayu miskin dan penenun itu sedih melihat ibunya membuang hasil pekerjaannya yang sudah dikerjakan selama seharian, padahal hanya gara-gara selembar benang yang putus di kain yang sudah jadi.

Meski kaum tua tidak menyetujui keinginannya membuat alat tenun yang lebih baik, Sakichi tetap menantang dirinya membuat alat tenun yang lebih baik, merancang prototipe, membuat model percobaan, dan menggunakan keahlian dengan cara kreatif hingga berhasil, kemudian mengembangkannya lagi menjadi mesin tenun bertenaga, dan tahun 1898 lebih menyempuarnakan menjadi alat tenun pertama di Jepang yang ditenagai uap, yang memungkinkan pabrik-pabrik tekstil meningkatkan produksinya hingga empat kali lipat dan mengurangi penggunaan pengeluaran hingga setengahnya.

Alat tenun otomatis yang paling terkenal adalah alat tenun yang berhenti sendiri saat ada benang putus, dimana Sakichi menerapkan prinsip Jidoka (otonom otomatisasi), yang berarti bahwa mesin berhenti sendiri apabila terjadi masalah.

Prinsip Jidoka kemudian menjadi bagian dari Toyota Production System (TPS), yang mengantarkan perusahaan manufaktur sekelas Toyota menjadi terbaik di dunia. Suatu konsep lean production (bangun kualitas, manufaktur wajib cerdas) bergaya Jepang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline