Lihat ke Halaman Asli

Perempuan itu Bernama Umi

Diperbarui: 26 November 2016   00:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Dan bukankan satu ciri manusia modern adalah juga kemenangan individu atas lingkungannya dengan prestasi individual? Individu-individu kuat sepatutnya bergabung mengangkat sebangsanya yang lemah, memberinya lampu pada yang kegelapan dan memberi mata pada yang buta” ― Pramoedya Ananta Toer

Setiap minggu Uminatus Sholikah (35) perempuan nelayan dari Morodemak, Demak, Jawa Tengah selalu disibukkan dengan pengurusan kebutuhan BPJS Kesehatan milik warga. Selama satu tahun terakhir ia dipercaya oleh warga desa Morodemak untuk membantu mengurus BPJS ataupun beberapa program dari pemerintah.

Awalnya warga sekitar harus merogoh kocek hanya untuk mengurus BPJS Kesejahatan, kartu nelayan dan lainnya, adapun ketidaktahuan masyarakat digunakan oleh oknum tertentu untuk meraih keuntungan.

Alhamdulillah nek kowe gelem  nulong ndok, soale aku gawe kartu nelayan neng gone si A, ki dibayar mahal malah ora jadi(Alhamdulillah kalau kamu mau menolong, soalnya aku pernah mengurus kartu nelayang ke si A, sudah bayar mahal tapi malah tidak jadi” Ujar salah seorang nelayan tua dari desa Morodemak, Demak, Jawa Tengah.

Hal inilah yang menjadi penyemangat Umi selama ini, minimnya akses informasi bagi nelayan dijadikan peluang bagi beberapa oknum. Hari ini, Umi masih terus berjuang membantu nelayan dan perempuan nelayan yang membutuhkan akses informasi, selain itu, ia adalah seorang perempuan nelayan yang memiliki mimpi tinggi dalam mendorong pengakuan perempuan nelayan oleh negara.

Perahu adalah Perempuan

Uminatus Sholikah bukan lahir dari keluarga nelayan. Keluarganya berasal dari desa Pepe, Kecamatan Tegowarnu, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Ayahnya adalah seorang buruh pabrik dan ibunya adalah seorang petani. Namun bagi Umi, ia melihat kesamaan antara kehidupan nelayan dan petani.

“Kehidupannya hampir sama sebenarnya, sama-sama miskin” ujar Umi, sembaritertawa.

Baik kehidupan nelayan dan petani seperti dua mata sisi uang, memiliki sisi yang berlawanan tapi masih dalam satu koin yang sama. Kemiskinan keluarga Umi, masih ia temukan di keluarga nelayan yang ada di Morodemak.

Selain itu ada kesamaan dalam tradisi yang masih dipegang baik oleh nelayan maupun petani. Umi ketika mengantar suaminya pergi menuju kapal, ia sesekali mengajak bicara perahunya. Pada sebagian masyarakat nelayan, masih ada kepercayaan jika perahu merupakan seorang perempuan yang akan berjuang mengantar suaminya menjemput rezeki dari Tuhan di laut. Maka Umi membiasakan diri untuk mengajak bicara perahu dan laut untuk menjaga suaminya dari ombak tinggi dan cuaca buruk.

Sama halnya dengan para petani yang biasa mengajak bicara padinya setiap hari agar tetap tumbuh kuat menghadapi hama ataupun cuaca. Aktifitas ini merupakan bentuk relasi yang dibangun antara manusia dan alam secara turun temurun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline