Lihat ke Halaman Asli

Susan Alwia

Susan Alwia

Menghadapi Pandemi Ala Filsuf Stoa

Diperbarui: 11 November 2020   12:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Semenjak pandemi melanda Indonesia banyak hal yang telah berubah. Mulai dari kebijakan bekerja dan belajar di rumah, tempat-tempat liburan dan nongkrong yang beroperasi tidak seperti biasanya, berlakunya kebijakan social distancing yang membuat kita kadang mendengar suara teguran dari satpam kalau ada kerumunan di tempat umum. Perubahan-perubahan tersebut  untuk sebagian orang ada yang mudah beradaptasi dan ada yang tidak.

Khusus untuk orang yang tak mudah beradaptasi dengan perubahan yang terjadi secara tiba-tiba, akan menemukan sesuatu yang ganjal dari dalam dirinya. Perasaan bosan, gelisah,khawatir dan tak jarang pula ada yang emosian, apalagi ditambah karena tidak ada kerjaan, penggunaan gadget juga semakin meningkat yang membuat kita semakin semakin panas karena pemberitaan buruk yang rasanya setiap hari menghiasi timeline media sosial kita.

Sebagian pelajar pun mengalami hal yang demikian. Karena kuliah semuanya serba online rasanya malas mendengarkan penjelasan dosen yang kadang bikin ngantuk, ditambah lagi mendengarkan materinya sambil rebahan dan lanjut diberi tugas yang deadline nya hari itu juga, makin menjadilah kekesalan yang dirasakan.

Bagi teman-teman mahasiswa yang mungkin tahun ini bersedih karena wisuda yang dilakukan secara virtual membuat kita merasa, ‘ah, kuliah 4 tahun ujung-ujungnya wisuda di kamar doang’. Atau teman-teman yang masih kuliah dan merasa khawatir dengan penerimaan materi karena kelas yang dlilakukan secara virtual membuat kita cemas karena materi yang tidak mengerti. Manalagi pemberitaan tentang resesi yang membuat kita semakin kepikiran tentang masa depan yang sudah direncanakan.

Rasa khawatir yang disebabkan karena pandemi mungkin dialami oleh setiap orang dari semua golongan dan profesi. Adapun tindakan dan respon orang-orang yang berbeda dikarenakan persepsi mereka yang berbeda pula. Segala sesuatu yang menimpa diri kita itu akan membuat kita bahagia atau tidak tergantung dari persepsi kita memandang peristiwa tersebut. Hal ini sudah dijelaskan selama beberapa abad yang lalu yang dirangkum dalam sebuah filososi yangg disebut filsafat stoisisme atau dikenal dengan filsafat Stoa.

Dalam filsafat Stoa ini, ada dijelaskan tentang dikotomi kendali yakni membahas hal-hal yang bisa dikendalikan manusia dan yang tidak bisa dikendalikan. Hal yang bisa kita kendalikan seperti persepsi kita terhadap sesuatu, tingkah laku, dan emosi. Adapun hal yang tidak bisa dikendalikan seperti rupa wajah yang cantik/tampan, harta, perlakuan orang lain terhadap kita dan situasi yang merupakan luar dari kontrol seperti pandemi ini.

Banyak orang yang merasa cemas, khawatir, dan ketakutan dengan pandemi virus Covid-19 ini karena persepsi mereka yang berpikiran buruk-buruk tentang pandemi, seperti takut gagal wisuda tahun ini karena pandemi, capek tinggal dirumah karena dimarahi mama terus, takut bisnis gagal karena kondisi perekonomian yang semakin memburuk, sedih karena batal nikah sama pasangan, dan sekelumit persoalan yang membuat emosi negatif dalam diri kita semakin bertambah.

Dalam konsep dikotomi kendali yang ada pada filsafat Stoa, kita diajarkan bahwa jangan menggantungkan kebahagiaan kita terhadap sesuatu yang diluar kendali kita. Konten yang ada di media sosial merupakan sesuatu diluar kendali kita sehingga kita jangan marah kalau  ada berita yang buruk yang muncul di kronologi media sosial kita, hal yang menjadi kendali kita disini adalah persepsi kita dan pikiran tentang postingan tersebut. Nilai yang turun karena belum bisa beradaptasi denga kelas virtual itu adalah sesuat diluar kendali kita, yang ada dalam kendali kita yakni memikirkan metode yang tepat untuk memperbaiki nilai tersebut.

Dalam konsep filsafat Stoa mungkin sama dengan konsep tawakkal yang ada dalam agama Islam, dimana kita berusaha untuk mencapai sesuatu tapi hasil akhirnya tidak dapat kita tentukan. Jadi, untuk menghadap masa pandemi ini supaya kita selalu sehat jasmani dan rohani marilah ubah persepsi kita dalam menghadapi musibah yang tengah menimpa dunia ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline