Berdasarkan pengalaman saya sering pergi liburan bersama orang lain, baik dengan teman-teman sendiri atau bersama group traveling yang baru saya kenal saat akan mau berangkat bahkan sering baru kenal saat di airport keberangkatan, saya membuat 2 tipe karakter untuk menyimpulkan orang yang suka liburan karena memang hobby saya yang lain suka mengamati karakter orang di sekeliling saya, bahkan suka iseng membuat profile saat baru pertama kali bertemu orang yang sama sekali asing ketika mempunyai kesempatan cukup lama bersama mereka seperti saat duduk di restaurant atau di aiport sedang menunggu pesawat datang hahaha.
Tipe pertama yang saya sebut sebagai traveler, yaitu yang berniat liburan memang untuk mengikuti naluri mereka atau bahasa kerennya passion, mereka sudah menyiapkan fisik dan mental jauh jauh hari sebelum pergi traveling apalagi yang destinasinya sangat jauh dari tanah air dan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai tempat tujuan. Sumber informasi biasanya bertanya dengan sesama traveler yang pernah pergi ke tempat yang diincar dan browsing internet atau bila masih merasa ragu akan melobby ikut trip class yang kadang diselenggarakan oleh traveler advisor dan biasanya mengumpulkan biaya untuk liburan dengan menabung dan berhemat dulu hehehe.
Kemudian berolah raga lebih giat dari biasanya agar stamina fit saat berangkat apalagi bila destinasinya beriklim estrem yang jauh berbeda dari Indonesia, menyiapkan obat obatan ringan atau generik yang biasa dikonsumsi untuk dibawa seperti obat sakit kepala, obat sakit perut, obat sakit mata dan lain lain karena belum tentu cocok bila kita membeli obat disana dan biayanya tidak murah bila harus berobat ke rumah sakit walau kita sudah menyiapkan travel insurance karena hanya bisa diklaim saat kembali ke sini. Bila kita sakit saat traveling membuat liburan menjadi tidak maksimal bahkan sia sia karena bagaimana mungkin bisa menikmati suasana bila sedang tidak enak badan, iya kan?
Mereka memperhatikan detil dengan teliti agar liburan dapat berjalan lancar termasuk memilih jenis pakaian yang akan dikenakan, ini bukan sekedar masalah model fashion tapi yang penting fungsinya seperti kupluk lebih berguna dipakai saat winter atau musim dingin karena kepala terasa seperti ditusuk tusuk jarum saat suhu sangat rendah apalagi sampai dibawah nol derajat celcius bila tidak menggunakan pelindung kepala yang tepat daripada pakai topi biasa yang hanya dapat menghalau angin dan sinar matahari saja. Menyiapkan long john semacam pakaian dalam khusus musim dingin yang terdiri dari kaos lengan panjang dan bawahan legging panjang yang dilapisi bulu dan dibuat dari bahan wol, kemudian memilih sepatu yang biasa dikenakan sebelumnya karena sepatu baru belum tentu langsung nyaman saat dipakai.
Dan yang tidak kalah penting adalah model tas karena salah membawa jenis tas bisa menyebabkan berbagai kesulitan saat jalan jalan bahkan bisa menjadi korban kecopetan sehingga biasanya mereka membawa 2 tas, yang satu tas kecil dengan tali panjang yang bisa diselempang di depan badan untuk menaruh dompet, handpone dan passport untuk keamanan, serta tas punggung sedang untuk menaruh payung, tempat minuman dan kaca mata gelap atau sunglass selain untuk menghalau silau, juga sangat dibutuhkan biar menjadi lebih percaya diri atau pede saat diphoto hahaha.
Mereka akan menyimak apa yang dijelaskan oleh local guide tentang sejarah jalan jalan yang dilalui selama di perjalanan biasanya di atas bis sewaan yang digunakan oleh peserta tur, bahkan banyak yang bertanya karena mungkin tahu lewat buku atau film tentang sejarah tempat tempat itu dan sangat antusias mendengarkan yang disampaikan oleh tur guide di tempat tempat bersejarah seperti museum dan tempat pengolahan produk local.
Untuk tipe kedua yang saya sebut sebagai turis, mereka biasanya pergi traveling sebagai kebutuhan sekunder karena sudah kelebihan uang yang mungkin mempunyai katu kredit tanpa limit sehingga mempunyai akses menggunakan fasilitas executive lounge di tiap airport, biasanya memang liburan untuk prestis biar bisa pamer bahwa mereka mampu jalan jalan ke luar negeri dan tujuan yang lain untuk shopping di tempat tempat terkenal untuk memburu barang barang bermerek.
Mereka akan betah berlama lama saat datang ke tempat pengolahan produk local unggulan yang biasanya wajib dikunjungi atas rekomendasi pemerintah setempat apalagi jenis produk investasi seperti pabrik berlian dan tanpa berkedip membayar sebutir berlian kecil dengan harga puluhan juta atau lupa waktu saat pergi ke mall untuk memilih dan membeli tas kulit kecil keluaran brand ternama yang harganya bisa untuk membayar uang muka membeli rumah tipe 45, bandingkan dengan traveler yang hanya mampu membeli tumbler dari merk kopi ternama yang cabangnya tersebar di seluruh dunia atau happy banget bisa membeli kaos dari salah satu café musik yang namanya sudah mendunia sejak lama untuk dikoleksi hahaha.
Mereka juga suka memburu souvenier sebagai oleh oleh untuk keluarga dan kenalan sehingga mempunyai koper cadangan khusus untuk membawanya, tapi bila timbangan koper melebihi berat batas bagasi atau kabin pesawat, akan sibuk minta tolong peserta yang lain untuk menitipkan bawaannya daripada harus mengeluarkan biaya extra hahaha, berbeda dengan traveler yang memborong souvenir biasanya untuk titipan atau dijual lagi dengan harga lebih mahal yang sekarang dikenal dengan istilah "jastip" hehehe.
Karena malas mencari informasi tempat tujuan sebelum berangkat, mereka sering mengalami shock culture atau geger budaya di negara lain yang menghargai ketertiban umum yang tinggi, contohnya harus membuang sisa makanan sendiri ke tempat sampah yang telah disediakan bila makan di restaurant dan tidak boleh berisik seperti berbicara dengan orang lain atau lewat telpon saat di dalam transportasi umum.
Tapi sulit dibilang bila yang membedakan turis dan traveler hanya latar belakang status social saja karena aktualnya mereka sering bertemu dan berbaur dalam satu trip saat liburan.