Lihat ke Halaman Asli

CSIC UMY

Divisi Penalaran dan Kreatifitas Mahasiswa

Pasien Stroke Alami Kesulitan Berkomunikasi, Mahasiswa UMY Ciptakan Alat Bantu Untuk Penderita Stroke

Diperbarui: 19 Oktober 2023   20:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proses simulasi penggunaan Alat Bantu Komunikasi Penderita Pasca Stroke menggunakan MaM Sense berbasis IoT dengan Aplikasi Telegram oleh tim dari program kreatifitas mahasiswa (PKM) UMY. Dokpri

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menciptakan alat bantu komunikasi untuk penderita pasca stroke melalui program kreatifitas mahasiswa (PKM). Alat ini berbentuk kotak yang flexibel untuk dibawa serta terdapat LCD untuk penampilan kalimat komunikasi, kemudian kabel elektroda dan juga kabel touch sensor. ABPS ini dibuat untuk membantu pasien pasca stroke dalam berkomunikasi dengan perawat ataupun orang yang mendampingi.

Stroke adalah salah satu penyakit yang memiliki dampak jangka panjang bagi orang yang mengalaminya. Tidak hanya serangan mendadak yang ditakutkan, namun juga akibat yang muncul setelahnya. Kondisi kelumpuhan pada anggota tubuh akan sangat mengganggu dan bahkan menghambat aktivitas hidup seseorang. Gangguan fungsi saraf lokal atau global, secara mendadak, progresif dan cepat merupakan ciri khas penyakit stroke (Padang, 2017).

Alat ini diciptakan dengan menggunakan komponen komponen yang dirakit menjadi suatu modul. Yaitu modul MaM Sense. ABPS ini dilengkapi dengan sensor touch, sehingga apabila pasien stroke kesulitan dalam melakukan lirikan maka pada alat ini dilengkapi sensor tambahan yaitu sensor touch, yang dimana pasien hanya menyentuh sensor untuk memilih kalimat yang diinginkan.

Tim melakukan pemasangan Elektroda sebagai detektor untuk mendeteksi sinyal yang dihasilkan oleh lirikan mata. Dokpri

ABPS akan menghasilkan komunikasi dasar yang dibutukan pasien pasca. Dokpri

ABPS akan menghasilkan komunikasi dasar yang dibutukan pasien pasca stroke dan akan tertampil pada LCD serta Aplikasi telegram, dengan 4 kalimat dasar pada penggunaan MaM Sense yaitu, melirik kearah kanan "saya ingin makan", melirik ke kiri "saya ingin minum", melirik keatas "saya ingin ketoilet", melirik kebawah "saya ingin mandi". Apabila menggunakan sensor touch akan menampilkan 8 kalimat dasar yaitu, "saya ingin makan", "saya ingin minum", "saya ingin ganti pakaian", "saya ingin buang air kecil", "saya ingin buang air besar", "saya sedang kepanasan", "saya sedang kedinginan".

Pasien pasca stroke yang mengalami disabilitas akan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, terutama dalam berkomunikasi dengan orang lain. Kesulitan dalam berkomunikasi akan menyebabkan pasien pasca stroke mengalami penurunan kualitas hidup. Dalam upaya pengobatan agar dapat berkomunikasi, pasien pasca stroke perlu melakukan terapi secara rutin.

"ABPS ini ditujukan untuk pasien pasca stroke yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu alat yang dapat mempermudah dalam proses berkomunikasi antara pasien pasca stroke dengan perawat atau orang yang mendampingi".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline