Di era digital, media sosial telah menjadi alat komunikasi yang sangat berpengaruh. Informasi menyebar dengan cepat, dan opini masyarakat dapat terbentuk dalam hitungan menit. Dalam konteks ini, pendamping desa, yang bertugas mendampingi masyarakat dan pemerintah desa dalam pembangunan, sering kali menghadapi tantangan baru. Salah satu tantangan tersebut adalah pergeseran peran mereka menjadi buzzer politik---peran yang melenceng dari tugas utama mereka.
Pendamping desa diberi mandat untuk memberdayakan masyarakat, bukan untuk mempromosikan kepentingan politik tertentu. Ketika peran ini disalahgunakan, bukan hanya integritas mereka yang dipertaruhkan, tetapi juga kepercayaan masyarakat dan efektivitas program pembangunan desa.
Ikuti Artikel tentang desa di Channel WhatsApp Kompasianer DESA : https://whatsapp.com/channel/0029VatkpDx6WaKtHIP0Dn1l
Pendamping Desa dan Tugas Utama Mereka
Pendamping desa adalah ujung tombak pembangunan desa. Mereka bertanggung jawab untuk:
- Memberikan Pendampingan Teknis: Mendukung pemerintah desa dan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi pembangunan desa.
- Membangun Kapasitas Masyarakat: Memberikan pelatihan dan edukasi untuk meningkatkan keterampilan serta partisipasi masyarakat dalam program-program pembangunan.
- Meningkatkan Transparansi: Membantu masyarakat memahami dan mengawasi pengelolaan dana desa untuk mencegah penyalahgunaan.
Honor yang diterima oleh pendamping desa berasal dari dana yang bertujuan mendukung tugas ini. Oleh karena itu, peran pendamping desa harus senantiasa fokus pada kebutuhan masyarakat dan pembangunan desa, bukan pada agenda politik individu atau kelompok tertentu.
Fenomena Buzzer Politik di Kalangan Pendamping Desa
Di beberapa tempat, muncul fenomena pendamping desa yang beralih peran menjadi buzzer politik. Sebagai buzzer, mereka menggunakan media sosial untuk:
- Meningkatkan citra tokoh politik tertentu.
- Mendukung kampanye politik yang tidak berkaitan langsung dengan pembangunan desa.
- Menyerang pihak tertentu atau menyebarkan narasi yang partisan.
Fenomena ini sangat memprihatinkan. Ketika pendamping desa menjadi buzzer politik, mereka bukan hanya mengabaikan tugas utama mereka, tetapi juga merusak kepercayaan masyarakat yang seharusnya mereka berdayakan.
Mengapa Pendamping Desa Tidak Tepat Menjadi Buzzer Politik?
Pendamping desa yang menjadi buzzer politik menghadapi beberapa masalah serius:
- Melenceng dari Tugas Utama; Pendamping desa memiliki tanggung jawab untuk mendukung pembangunan desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ketika mereka terlibat dalam kampanye politik, perhatian mereka teralihkan dari tugas utama ini.
- Mengurangi Kepercayaan Masyarakat; Pendamping desa adalah pihak yang dipercaya untuk mendampingi masyarakat secara netral. Ketika mereka terlihat berpihak pada tokoh politik tertentu, masyarakat dapat kehilangan kepercayaan pada objektivitas mereka.
- Merusak Netralitas Desa; Desa seharusnya menjadi wilayah yang netral dari kepentingan politik tertentu. Ketika pendamping desa berpihak, hal ini dapat menciptakan polarisasi di masyarakat dan memperkeruh suasana sosial.
- Menurunkan Kredibilitas Program Desa; Pendamping desa yang sibuk dengan agenda politik cenderung kurang fokus pada tugas pembangunan. Akibatnya, program-program desa yang seharusnya bermanfaat bagi masyarakat menjadi terabaikan.