Lantai empat Pasar Pagi Mangga Dua, di kawasan yang dikenal dengan sebutan Kopi in Town, menjadi saksi pertemuan saya dengan Om Rudi, seorang konsultan pemberdayaan masyarakat yang kini aktif menggeluti bisnis kopi. Di salah satu sudut kedai Kopi & Beauty, kami duduk santai di ruang untuk perokok, menikmati semilir angin dari jendela besar yang menghadap ke hiruk-pikuk Jakarta.
"Om Rudi, apa kabar bisnis kopimu?" saya memulai pembicaraan.
Om Rudi, yang tampak bersemangat meski garis-garis lelah masih membekas di wajahnya, tersenyum. "Masih berusaha bangkit, Cah Bagus, setelah pandemi. Banyak rencana yang tertunda, tapi pelan-pelan kita jalani lagi. Kopi Mamaku Lampung ini salah satu andalanku sekarang."
Saya mencicipi kopi di cangkir saya, merasakan aroma yang khas dan rasa pahit yang lembut. "Enak sekali, Om. Kopi ini pasti bisa jadi andalan."
Om Rudi tertawa kecil. "Iya, Cah Bagus. Tapi kopi nggak cuma soal rasa. Ada cerita di balik biji-biji kecil ini. Desa-desa di Lampung jadi bagian penting dalam perjalanan ini. Dulu, saya sempat membantu Kemendesa mengembangkan desa wisata berbasis kopi. Ada 128 desa wisata kopi yang masih saya ingat sampai sekarang."
Saya mengangguk, kagum. "Wah, desa wisata kopi. Pasti itu program yang menarik."
"Memang," jawab Om Rudi sambil menyeruput kopinya. "Tapi membangun desa wisata itu bukan sekadar memoles desa jadi cantik. Harus ada keberlanjutan, ada pemberdayaan ekonomi untuk warganya. Itu kenapa pendamping desa jadi penting. Mereka ini ujung tombak."
Saya mencondongkan tubuh, tertarik dengan arah pembicaraan. "Menurut Om Rudi, apa posisi pendamping desa saat ini sudah cukup kuat?"
Om Rudi menghembuskan asap rokoknya pelan sebelum menjawab. "Pendamping desa itu sangat diperlukan, Cah Bagus. Tapi mereka harus paham cara mengembangkan bisnis untuk warga. Jangan cuma jadi pendamping administratif. Mereka perlu membantu warga desa memanfaatkan potensi lokal seperti kopi ini, biar desa bisa mandiri secara ekonomi."
"Setuju," jawab saya. "Lalu, bagaimana menurut Om tentang Menteri Desa sekarang?"
Om Rudi tersenyum samar. "Menteri Desa yang sekarang mestinya belajar dari kebijakan Gus Halim, Cah Bagus. Ada banyak hal baik yang sudah dimulai Gus Halim soal tenaga pendamping, dan itu perlu diteruskan oleh Menteri Yandri."