Lihat ke Halaman Asli

Surat Cinta: Aku dan meng"Hallal"kan Kamu

Diperbarui: 13 Desember 2015   21:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Ketika aku mengungkapkan “bahwa aku ingin memilikimu” tentu itu pasti salah, karena aku tidak bisa menjamin “bahwa kamu akan bahagia bersamaku” untuk saat ini. Dunia aku saat ini memang masih berfokus pada pembenahan diri dari segala hal tentu salah satu tujuan nya pasti untuk mempersiapkan saat nanti aku melepas status kelajangan, dan aku mengikrarkan diri untuk bisa siap menjadi imam kamu, pikiran pendek aku “aku tidak siap untuk saat ini apabila aku disuruh cepat-cepat menanggalkan kelajangan, walaupun keinginan itu tetap disemangatin harus ada”. Secepat waktu yang ada terlebih dirimu adalah seorang wanita, yang dari kebanyaakan kesepakatan adat yang ada bahwa wanita apabila menunda-nunda untuk menikah tidaklah baik, mungkin adat yang ada akan bertolak belakang dengan realitas kehidupan modernnitas saat ini. Hal itulah yang membuat aku gamang serta bimbang. memang saat ini kamu bukanlah siapa-siapa aku, entah aku juga dihadapan kamu bisa menjadi atau tidak seseorang yang dikatakan jadi siapanya kamu.
Saat ini sebelum permasalahan yang aku utarakan di atas muncul, sebagai dasar dari permasalahan aku, yakni aku masih bingung “katakan atau tidak, katakan atau tidak , dan katakan atau tidak “ bahwa aku itu menggagumi mu, aku mengatkan berarti aku harus siap bahwa aku benar benar ada untuk kamu, tetapi apabila aku mengatakan itu, ketakutan terbesar aku adalah aku tidak mau adanya untuk kamu, kamu untuk aku, menjadi jalan hidup aku untuk melakukan suatu proses yang didalamnya menghabiskan banyak pikiran, energi, waktu, jadi sia-sia, yang proses itulah yang menurut kaca mata aku bisa dikatakan “pacaran” aku tidak mau melewati step by step tersebut. Memang si tidak menjamin apabila aku melewati dengan kamu proses tersebut bahwa ujung-ujungnya kamu itu menjadi milik aku yang disahkan dalam sebuh akad?.
Pikiran perbandingan dari yang aku sebutkan tadi, ketika aku tidak mengatakan dari sekarang “aku takut kamu yang aku kagumi, sama sekali kamu tidak tahu isi hati aku dan akhirnya tidak ada celah sama sekali kamu untuk aku, yang artinya kamu jadi milik orang lain itu yang paling penting”
Mungkin konyol apabila aku tetap mengungkapkan, tetapi tidak melakukan proses pacaran, saat aku mengugkapkan aku bilang “aku itu menggagumi kamu, kamu jangan menaruh hati untuk orang lain, tunggu aku, hingga aku benar benar siap menghalalkan mu” kata-kata itu mengekang banget rasanya apabla benar-benar diucapkan, entar malah dibalikin “emang kamu mau menjamin aku” kata kamu balas kata pada aku.
Mungkin inilah kebingungan aku sementara, semoga tidak berlarut-larut, bahkan sampai over dosis menjadi seseorang dari bagian orang-orang yang ragu, semoga kebaikan tetap ada , perbaikan dilakukan, semoga saran dan penyemangat yang ada menjadi keoptimisan.
09/12/2015
Surya Suwarna

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline