Lomba mengaitkan kawat (Mpok Jeruk tikurukuk) pada perayaan Agustusan memang terlihat sederhana. Berbekal galon bekas yang dipotong jadi dua, ujungnya diberi pengait kawat. Peserta berusaha untuk mengaitkan pada kawat yang sudah digantung ditali. Melangkah maju untuk sampai pada tempat yang disediakan, kira-kira ada 20 langkah yang ditempuh.
Namun, di balik kesederhanaannya, tersimpan makna yang mendalam. Bunyi tikurukuk setiap usaha yang dilakukan mengiringi lomba ini seolah menjadi irama perjuangan yang tak kenal lelah. Mengingat sejarah perjuangan bangsa, lomba ini mengajarkan kita tentang pentingnya keuletan dalam mencapai tujuan.
Setiap gerakan kepala yang berusaha mengaitkan kawat dengan cepat dan tepat, merepresentasikan semangat tak kenal lelah yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Dalam kondisi yang terburu-buru dan penuh tekanan, kita dituntut untuk tetap fokus dan tidak mudah menyerah. Hal ini sejalan dengan semangat juang para pahlawan yang telah berkorban demi kemerdekaan.
Selain itu, lomba mengaitkan kawat juga mengajarkan kita tentang pentingnya bersyukur atas nikmat kemerdekaan yang telah kita rasakan. Dengan mengikuti lomba ini, kita turut memeriahkan perayaan kemerdekaan dan menjaga semangat nasionalisme agar tetap berkobar di hati generasi muda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H