Lihat ke Halaman Asli

Lomba Balap Kelereng di Sekolahku, Tradisi dan Maknanya

Diperbarui: 16 Agustus 2024   08:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lomba Balap Kelereng (dokpri)

Menjelang 17 Agustus banyak Lomba yang dipertandingkan untuk memeriahkan HUT ke-79 RI, salah satunya yaitu Lomba kelereng. Lomba kelereng tidak akan pernah absen dalam setiap event warga merayakan kemerdekaan sehingga sudah menjadi tradisi tahunan di Indonesia. Lomba kelereng menyimpan makna mendalam yang melampaui kesenangan semata. 

Secara historis, permainan kelereng telah ada sejak zaman dahulu peradaban Mesir kuno dan di berbagai budaya. Di Indonesia, lomba ini sering dikaitkan dengan perjuangan kemerdekaan. Proses mengarahkan kelereng menuju garis finis tanpa menjatuhkannya dapat diibaratkan sebagai perjuangan mencapai tujuan yang penuh tantangan.

Anak-anak begitu bersemangat saat ikut lomba balap kelereng, memakai kaos merah putih. Di lapangan terbuka, mereka berkumpul dipandu oleh ibu guru. Peserta lomba kelereng diikuti oleh 5 peserta. Mereka berjajar di garis star. Sebelum aba-aba dimulai, sendok dan kelereng dipegang masing-masing peserta. Sendoknya digigit dan kelerengnya disimpan di sendok. 

Begitu peluit dibunyikan, anak-anak nampak hati-hati untuk berjalan. Karena takut kelerengnya jatuh. Bagi yang dapat kembali lagi ke tempat semula dan tidak jatuh sebanyak tiga kali dinyatakan sebagai pemenang. Ada makna yang terkandung dalam lomba balap kelereng ini. Diantaranya dalam konteks kehidupan dan sains. 

Dalam konteks kehidupan sehari-hari, lomba kelereng mengajarkan nilai-nilai penting seperti kesabaran, fokus, dan ketelitian. Kemampuan menjaga keseimbangan antara kecepatan dan kehati-hatian sangat diperlukan untuk meraih kemenangan.

 Selain itu, lomba ini juga melatih koordinasi mata dan tangan serta meningkatkan kemampuan motorik halus. Tidak tergoda peserta lain, tetap fokus pada tujuan yang ingin diraih dan harus cermat dan hati-hati dalam melangkah. Supaya kelerengnya tidak jatuh. 

Dari sudut pandang sains, lomba kelereng melibatkan prinsip-prinsip fisika seperti gaya gravitasi, gesekan, dan momentum. Kelereng yang berbentuk bulat dan labil, membuat gaya gesekan menjadi kecil apalagi permukaan sendok yang licin.  

Anak-anak yang mengikuti lomba secara tidak langsung belajar tentang konsep-konsep ini sambil bersenang-senang. Dengan demikian, lomba kelereng tidak hanya menjadi ajang rekreasi, tetapi juga sarana pembelajaran yang menyenangkan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline