Kita tidak bisa mengubah arah angin, namun kita bisa mengatur arah layar. Itulah kata mutiara yang diucapkan oleh Jimmy Dean seorang aktor dari Amerika. Kata mutiara tersebut relevan dengan kondisi guru saat ini. Dimana seorang guru tidak bisa menghindar dari kencangnya angin perubahan teknologi digital yang semakin pesat.
Pada era VUCA yang serba tidak terduga, menasbihkan posisi guru yang terjepit. Bagaimana tidak? Guru yang memiliki resistansi terhadap perubahan, akan terhempas dan semakin tidak berdaya. Akhir-akhirnya mengambil jalan pintas untuk menyelamatkan diri masing-masing.
Era digital merambah pada pengelolaan kinerja guru dan kepala sekolah, platform Merdeka Mengajar menjadi super apps yang harus disentuh oleh guru. Pada awal semester semua guru dan kepala sekolah sibuk merencanakan pengelolaan kinerja. Tidak mau ambil pusing, semuanya disamakan dengan contoh yang sudah ada sebelumnya. Kinerja seorang guru akan dinilai oleh atasannya mencakup 4 poin yaitu praktik pembelajaran, pengembangan kompetensi, tugas tambahan dan perilaku kinerja
Seolah sudah menjadi kebiasaan, ambil yang mudah aja. Perbanyak kuantitasnya bukan kualitas. Pada pengembangan kompetensi, dapat dipastikan semua guru memilih kompetensi menjadi peserta pada kegiatan seminar, lokakarya dan konferensi yang diselenggarakan di bidang pendidikan.
Poin yang akan didapatkan adalah 4, dengan syarat harus melampirkan bukti dukung berupa sertifikat mengikuti kegiatan tersebut. Bertebaranlah disetiap media sosial, undangan-undangan kegiatan seminar, webinar dan pelatihan.
Bahkan pada grup WhatsApp hampir setiap hari ada saja yang mengirimkan undangan seminar. kapan fokus mengajarnya dan membimbing peserta didik?. Kalau terus-terusan webinar dan pelatihan. Apa yang ingin dicari?, predikat sangat baikkah dari atasan atau predikat sangat baik versinya peserta didik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H