Lihat ke Halaman Asli

Demi Sekolah, Aku Rela Jadi Seniman Tanji Kuda Renggong

Diperbarui: 25 Juli 2024   19:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hendra Pemain Musik Kuda Renggong (dokpri)

Selepas bel pulang berbunyi, waktu itu jarum jam menunjukkan pukul 12.50, Hendra bergegas keluar dari ruang kelas bersama teman-temannya. Dalam obrolan santai di selasar kelas yang menuju pintu gerbang sekolah. Terdengar percakapan mereka yang membicarakan pentas kuda renggong di suatu perhajatan warga yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Tanpa melepas pakaian seragam sekolah, Hendra langsung menuju iring-iringan kuda renggong dan mengambil pemukul gong kecil alias kenong untuk memainkan salah satu instrumen musik seni Tanji.

Dengan cekatan kedua tangannya memukul kenong mengikuti irama Tanji yang sedang memainkan lagu Jayanti. Sambil jalan kaki, dibarisan tengah diapit oleh pemain gong besar dan terompet, Hendra fokus pada lagu yang sedang dinyanyikan biduan kuda renggong.

Begitulah kegiatan Hendra, setelah pulang sekolah. Ia tidak lantas rebahan dirumah atau bermain dengan teman sebayanya. Tetapi, ia sibuk dengan kegiatan yang disenanginya semenjak SD, yaitu bermain musik. Kebetulan disekitar tempat tinggalnya ada grup musik Tanji, sehingga ia sering berlatih mengasah kemampuannya dalam memainkan gong kecil dalam berbagai lagu yang sedang hits. Hendra melakukan ini bukan hanya sebatas hobi, tapi untuk membantu mencari uang demi keberlanjutan sekolahnya.

Kuda Renggong Kesenian Khas Sumedang (dokpri)

Selayaknya orang dewasa, Hendra cukup lihai memainkan alat musik kenong. Maklum dirinya dikenalkan pada kenong saat kelas 4 SD yang sering keliling kampung untuk membangunkan sahur disaat bulan ramadhan. Hingga duduk di bangku SMP, kenong menjadi alat musik yang ia sering mainkan.

Saat bulan Rayagung disitulah banyak orang yang menikah dan sunatan dengan hiburannya kuda renggong. Bahkan sampai larut malam baru selesai mentasnya. Tetapi, ia tidak meninggalkan sekolah, meskipun tampak mengantuk saat di dalam kelas. Hal ini sempat ditanyakan, "kenapa kamu mengantuk". "Habis mentas kuda renggong, pa". Jawabnya.

Dari hasil manggungnya, Hendra diberi upah 30 ribu untuk sekali manggung. Itupun diluar saweran, biasanya uang saweran akan dibagi rata kepada para pemain musik dan biduannya. Selain untuk kebutuhan sendiri dan sekolah, ia pun membagikan hasil manggung kepada orang tuanya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline