Laju motor "si semut merah" semakin melempem. Biasanya, tanjakan ekstrim dan jalur yang lurus dilibasnya dengan mudah. Namun, sekarang apa daya tiada berguna. Tenaga sudah ngos-ngosan, mendaki tanjakan yang ringan pun hampir saja tidak bisa naik.
Suaranya sudah batuk-batukan dan mengeluarkan asap tebal. Kanan kiri dapur pacunya, mengeluarkan rembesan cairan hitam. Penerangan pun hancur tersiksa jalan yang kian amburadul.
Sungguh naas nasibmu kini. Dulu gagah perkasa tidak takut apapun Medan yang kau hadapi. Siang malam, mengantarkan sang juara meraih pencapaian terbaik dalam hidupnya. Teringat pada suatu ketika, dirimu terpaksa didorong dan dilihat oleh banyak orang saat rantai besimu patah.
Semua orang begitu perhatiannya padamu. Semut merah, maafkan. Mungkin selama ini, pemilikmu hanya bisa memacumu saja. Kurang perhatian pada kondisi kesehatan. Sampai-sampai roda belakang tidak mampu berjalan diatas lumpur karena selalu selip.
Kini, perlahan-lahan kondisi semut merah sudah agak membaik. Dapur pacu yang bermasalah dibongkar dan diperbaiki. Komponen yang rusak segera diganti, bagian ekor yang tidak bisa dibuka. Sekarang dapat terbuka dengan mudahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H