Ketika mendengar informasi tentang program pertukaran pelajar ke Universitas Gadjah Mada (UGM), saya langsung merasa bersemangat. Namun, begitu saya mengetahui bahwa hanya ada dua kuota untuk mahasiswa dari Universitas Andalas, saya juga merasa cemas. Persaingan pasti sangat ketat. Sejak awal, saya tahu bahwa saya harus mempersiapkan diri dengan baik. Setelah merasa cukup siap, saya mulai mengumpulkan berkas untuk pendaftaran. Ini termasuk transkrip nilai, surat rekomendasi dari dosen, dan proposal mengenai rencana studi saya di UGM.
Saya bekerja keras untuk menulis proposal yang menarik, menjelaskan mengapa saya ingin belajar di UGM dan bagaimana pengalaman itu akan membantu perkembangan akademis dan pribadi saya. Setelah semua berkas siap, tahap berikutnya adalah seleksi. Saya ingat hari itu dengan jelas. Banyak teman-teman yang juga ingin mendaftar. Setelah semua proses, datanglah saatnya menunggu hasil. Saya ingat saat itu, saya tidak bisa fokus pada hal lain. Setiap kali melihat ponsel, saya berharap ada kabar baik. Ketika akhirnya menerima email yang menyatakan bahwa saya terpilih, rasanya seperti mimpi yang menjadi kenyataan! Saya melompat kegirangan dan segera memberi tahu keluarga dan teman-teman.
Dengan semangat yang membara, saya berangkat ke Yogyakarta. Semua usaha dan perjuangan yang saya lakukan terasa sangat berarti saat saya tiba di kampus UGM. Begitu banyak hal baru menunggu untuk dijelajahi. Saya merasa bangga bisa menjadi bagian dari kampus top 3 nasional yang begitu terkenal dan berprestasi. Begitu sampai di Yogyakarta saya langsung jatuh cinta. Kota ini bikin saya merasa hidup dengan suasana yang hangat dan penuh energi.
Yogyakarta itu kayak magnet! Setiap sudutnya punya daya tarik sendiri. Saya suka banget jalan-jalan di Malioboro. Di sana, ramai banget. Pedagang kaki lima dengan berbagai macam makanan enak, dari nasi goreng sampai gudeg. Oh, dan jangan lupakan bakpia yang legit! Malam-malam, Malioboro jadi tempat hangout seru. Sambil ngemil, saya suka lihat pertunjukan seni yang keren. Satu hal yang bikin saya betah adalah orang-orangnya. Mereka super ramah! Saya sering diajak ngobrol sama penduduk lokal, dan itu bikin saya merasa kayak di rumah sendiri. Mereka juga sering bercerita tentang budaya dan tradisi Jawa, yang bikin saya makin penasaran.
Di UGM, perkuliahan juga sangat menarik! Dosen-dosennya bukan hanya ahli di bidangnya, tapi juga menginspirasi. Mereka selalu mendorong kami untuk berpikir kritis dan tidak hanya menerima informasi begitu saja. Saya suka banget ikut diskusi di kelas. Setiap kali ada topik menarik, saya selalu angkat tangan, dan itu bikin saya dikenal sebagai "mbak andalas" di kelas. Teman-teman sekelas sering bertanya pendapat saya, dan saya senang bisa berbagi wawasan. Salah satu momen favorit saya adalah ketika kami membahas peristiwa sejarah yang kompleks. Saya selalu mempersiapkan diri dengan membaca berbagai sumber dan analisis. Dosen saya bahkan sering memuji saya karena bisa menghubungkan berbagai tema dari berbagai perspektif. Ini bikin saya semakin percaya diri
Selama satu semester di Universitas Gadjah Mada, saya bertekad untuk memberikan yang terbaik dalam studi saya. Dari awal, saya menyadari bahwa perkuliahan di UGM itu menantang, jadi saya tahu saya harus bekerja keras untuk mencapai tujuan akademis saya. Saya mulai dengan menyusun jadwal belajar yang teratur. Setiap hari, saya meluangkan waktu khusus untuk membaca materi kuliah, mengerjakan tugas, dan mempersiapkan diri untuk ujian. Saya juga sering mencari sumber tambahan, seperti buku dan artikel, untuk memperdalam pemahaman saya.
Di kelas, saya aktif bertanya dan berdiskusi. Ketika ada topik yang sulit, saya tidak ragu untuk meminta bantuan teman-teman atau dosen. Diskusi di kelompok belajar juga menjadi salah satu cara saya memahami materi dengan lebih baik, karena saya bisa mendengar berbagai perspektif. Saya juga memanfaatkan waktu di luar kelas dengan bijak. Setiap kali ada kesempatan untuk mengikuti seminar, lokakarya, atau diskusi, saya selalu ikut serta. Ini tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi juga membantu saya membangun jaringan dengan dosen dan mahasiswa lainnya.
Selain itu, saya rajin mencatat selama kuliah. Catatan yang rapi dan terorganisir membantu saya saat mempersiapkan ujian. Ketika tiba saatnya ujian, saya merasa lebih percaya diri karena sudah mempersiapkan diri dengan baik. Semua usaha dan ketekunan itu akhirnya membuahkan hasil. Ketika hasil akhir semester diumumkan, saya tidak bisa mempercayai saya mendapatkan IPK 3,9 yang telah di konversi ke universitas asal saya. Rasanya luar biasa! Semua kerja keras dan pengorbanan yang saya lakukan terbayar dengan prestasi ini. Mendapatkan IPK 3,9 di UGM adalah hasil dari ketekunan dan kerja keras saya. Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa dengan disiplin dan semangat, kita bisa mencapai apa pun yang kita impikan. Saya merasa semakin termotivasi untuk terus belajar dan berkembang, baik di akademis maupun di kehidupan sehari-hari. Yogyakarta dan UGM telah memberikan saya pelajaran berharga, dan saya sangat bersyukur bisa menjalani semua ini. Saya tahu bahwa pencapaian ini bukan hanya tentang angka, tetapi juga tentang proses belajar yang telah saya jalani.
Di luar kuliah, saya selalu berusaha menjalin hubungan baik dengan teman-teman. Mereka menghargai pendapat saya, dan kami sering berdiskusi di kafe sambil menikmati kopi. Teman-teman saya juga sangat mendukung kegiatan akademis saya. Kami sering belajar bersama, berdiskusi tentang kuliah, dan saling membantu. Ketika saya punya tugas atau presentasi, mereka selalu siap memberikan masukan dan semangat. Ini membuat pengalaman belajar saya semakin menyenangkan dan berharga. Saya suka mendengar cerita mereka tentang budaya Jawa dan sejarah, yang membuat saya semakin tertarik untuk belajar lebih banyak.
Teman-teman baru saya sering mengajak saya jalan-jalan. Kami menjelajahi berbagai tempat menarik di Yogyakarta, hingga pantai-pantai cantik di selatan. Suatu hari, kami pergi ke Candi Prambanan dan menikmati keindahan arsitekturnya sambil bercerita dan tertawa karena itu adalah hari terakhir saya di jogja. Mereka tahu banyak sejarah dan mitos di balik tempat-tempat tersebut, jadi saya merasa seperti diajak belajar sambil bersenang-senang. Kami juga sering mengunjungi pasar-pasar tradisional, seperti Pasar Beringharjo, untuk mencoba berbagai makanan khas. Ada yang namanya gudeg yang harus dicoba, dan teman-teman saya dengan senang hati menjelaskan cara menikmatinya. Selain itu, kami juga sempat pergi ke Malioboro untuk berburu oleh-oleh dan menikmati suasana malam yang ramai. Selain itu saya juga memiliki banyak teman exchange dari universitas terbaik luar negeri. Kami juga sering bermain dan belajar bersama.