Lihat ke Halaman Asli

Retno Suryani

Menulis untuk mengikat kenangan

Hujan di Kebun Ini

Diperbarui: 21 November 2020   18:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hujan kini hanya tinggal sisa
Dari derasnya yang habis siang tadi
Langit basah membiru cerah
sebelum stasiun senja berpesta warna tak mau kalah indah

Suara elang jauh terdengar meningkahi sepi
Menyahut tupai, tokek, serangga, dan kicau banyak burung entah apa namanya
Dahan daun terdiam, tak ada angin yang berniat menggodanya
Sungguh menawan mata dan telinga....

Semua keriuhan menepi
Hanya terdengar gerak jari merangkai diksi
Mendengar hati yang terus membincangkan memori
Mendengar hati yang terus melawan kenangan memenangkan damai

Aroma tanah basah memenuhi ruang
Menunggu aroma kopi yg tak kunjung dihadirkan
Atau harum secangkir teh yang tetap disimpan
Hanya ada hela nafas panjang-panjang
Dari jiwa yang sedang berjuang mendapatkan tenang

Namun percayalah....
Diantara segala resah dan lelah
Hujan di kebun ini....
Masih sama mengagumkannya....
Seperti yang pernah kita saksikan bersama

21 November 2020
Menunggu senja di tengah kebun di Pulau Belitung




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline