Kontributor: M. ROIS LATIF
Tahun baru hijriah merupakan symbol puncak dan pijakan awal untuk Kembali berjuang dan berproses untuk menuju hidup yang lebih layak. Baik dari segi moral, spiritual, akademis dan pekerjaan. Seperti pada dalil "amar ma'ruf nahii mungkar, wa aminu billah" optimalkan suatu hal yang positif, menjauh dari yang tidak pantas. Dengan demikian integritas adalah puncak dari ketaqwaan. Taqwa yang maksimal itu dapat digambarkan apa bila kita mampu bijaksana pada hal ma'ruf dan mungkar.
Awal tahun hijriah 1445 H, masyarakat Sarirejo disibukkan dengan agenda rutinan setiap 1 Muharam. Dengan Langkah mantap, para warga berduyun-duyun melangkah menuju masjid dan mushola yang ada. Dengan khusyu dan hati yang lapang secara serentak mereka memanjatkan doa dan harapan di tiap-tiap tarikan dzikir yang dilantunkan. Berbagai ritual dan bacaan yang ada, memiliki daya sepiritualitas yang tinggi untuk mengaggungkan Allah SWT.
Masyarakat Dusun Sarirejo mewujudkan rasa syukur dengan berbagai bacaan kalimah tayibbah seperti tahlil, maulid diba', dan lain-lain. Semarak dan semangat masyarakat dusun sarirejo dalam menyambut tahun baru hijriah memang turun temurun dari para sesepuh. Hal itu dilakukan guna menjaga tradisi dan ruh spiritual masyarakat yang saat ini terbentur dengan era yang semakin modern.
Tradisi yang khas di acara 1 Muharam ini adalah pembuatan sedekahan dalam bentuk tumpeng dan ambeng sebagai penghias acara tahunan ini. Tumpeng dan ambengan ini pada akhirnya akan difungsikan sebagai sarana sedekah, yang mana di sesi acara doa akhir dan awal tahun, mereka akan Bersama-sama menikmati hidangan tersebut. Senyum dan sorai anak-anak menambah suasana magis tersendiri pada perayaan 1 Muharam di dusun ini.
Tumpeng dan Ambeng memiliki nilai persaudaraan yang kuat
Tradisi membuat tumpeng berbentuk kerucut yang dibuat masyarakat Sarirejo ini memiliki banyak nilai-nilai positif. Ada pun isi dari tumpeng sendiri antara lain: nasi, Ayam, Bakmi, Peyek, sayuran, telur, dan lain-lain. Warna kuning pada nasi tumpeng melambangkan emas yang merupakan bentuk harapan kemuliaan, kekayaan dan kemakmuran diri, agama, dusun, dan masyarakat. Sedangkan lauk disampingnnya diartikan bahwa kemuliaan kekayaan dan kemakmuran dapat dicapai dengan etos kerja, kesungguhan dan pengorbanan yang optimal.
Selain makna dari tumpeng sendiri, ada nilai social lain yang terkandung dalam prosesi menikmati hidangan. Di Sarirejo ini ketika selesai berdoa, mereka akan beramai-ramai menikmati hidangan. Ada yang menggunakan nampan yang kemudian mereka makan dengan 4-5 orang. Ada juga yang menikmati hidangan tersebut dengan cara dibagikan menggunakan daun pisang atau daun jati. Apa bila lauk dan nasi masih tersisa, biasanya masyarakat akan membagi-bagikan pada jamaah untuk dibawa pulang.
Merenungi perjuangan para sesepuh dengan acara Haul
Peringatan satu muharam juga biasa dilakukan dengan mengunjungi dan mendoakan di makam para sesepuh yang dikenal dengan haul. Tradisi ini merupakan cara untuk selalu tersambung pada para sesepuh. Agenda haul ini berfungsi sebagai bakti dan rasa terimakasih pada para penyebar Islam di dusun ini. Sehingga masyarakat dapat menggapai kehidupan yang baik dan sejahtera. Maka dari itu kegiatan keagamaan sangat layak untuk dilestarikan dan harus diwariskan pada generasi muda, sebagai sentral power identitas jati diri.
Festifal sepeda Hias anak-anak