minggu menyihirku
duduk diam di bangku Stasiun Palmerah
menunggu kedatangan keretamu
yang membawa beribu-ribu mimpi perubahan
dan kamu, meskipun dengan tubuh mengering
akan memekik merdeka
selayak pemuda zaman revolusi
bukankah lusa kita akan merayakan satu-satunya yang kita miliki
cinta atas negeri yang terlahir dengan penghabisan doa dan darah
angin kemarau bertiup penuh
menghembus umbul-umbul kemerdekaan