Lihat ke Halaman Asli

Surtini Hadi

kebermanfaatan

Senja Gemetar di Tanjung Pandan

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lelaki berambut tipis menceritakan senja/

matahari yang surut ke balik bukit/ bulat besar seperti di bali/

Perempuan-perempuan menggendong anaknya/

masuk ke rumah kayu/

menunggu suami pulang membawa berkarung-karung timah/

dengan mulut dan gigi menyimpan aroma kopi/mungkin sudah berjamjam bual di kedai/

mungkin juga ke kontrakan perempuan-perempuan pulau seberang yang terbawa nasib/

wangi dan mempunyai tawa lebar/

memujimuji lelaki penambang//

Anak-anak mengendap/

jalan memutar/menghindari sekolah dan pak guru/menyusur pantai/

Dengan kain bekas pakaian dalam ibunya/ warna merah putih favorit para gurita/seksama memancing/

Aha, seminggu sejuta ditangan/seperti gaji sebulan guru honor yang mengajarinya membaca dan berhitung//

Lelaki berambut tipis merindukan istrinya/yang enggan turut/tinggal di pulau melimpah matahari/tanah bercampur timah/dan harga-harga kebutuhan yang mencekik/

kulit wajahnya makin mengkilat/hitam tak tertolong bedak dingin/terus menggumamkan keindahan yang tak kasat oleh istrinya//

Setiap matahari surut ke balik bukit/dan para penambang menyelinap ke rumah perempuan-perempuan seksi di ujung kampung/lelaki berambut tipis itu mengurut dada/ingin membangun ruang lebih luas untuk istrinya/di hatinya/di gemetar tubuhnya yang lama tak tersentuh//

2011




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline