Perjalanan tidak melulu tentang keindahan obyek. Sesekali , perlu membenamkan diri pada destinasi yang berbeda. Jika tertarik memahami dinamika keseharian penduduk lokal, pasar adalah tempat yang tepat untuk dieksplorasi.
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Paotere sejatinya seperti namanya, adalah media bertemu pedagang dan pembeli ikan. Disini, transaksi langsung dari tangan pertama – para nelayan tangkap kepada konsumen. Pembeli utamanya para pagandeng alias pedagang ikan keliling. Biasanya kelompok ini membeli dalam jumlah cukup banyak untuk dijual kembali. Namun demikian, tak kurang pembeli eceran yang memilih datang langsung. Daya tariknya, harga yang miring dan kesegaran ikan.
TPI Paotere adalah satu dari dua TPI utama di Kota Makassar. Lokasinya di utara Makassar, mudah dijangkau dengan menyusur bibir Pantai Losari. Tepatnya di Jl. Sabutung Baru, Ujung Tanah.
Pagi masih teramat muda, bongkar muatan hasil tangkapan berlangsung sejak matahari masih malu menunjukkan diri. Jenis ikan yang jadi favorit pembeli seperti baronang, kerapu, kakap merah terlihat dominan. Bersama jenis ikan yang berukuruan lebih kecil seperti kembung, layang dan mairo. Yang disebut terakhir sejenis teri yang banyak disukai. Seorang kawan, menjadi saksi sekawanan hiu bayi ikut dijual disini. Dalam kondisi tanpa sirip. Mengenaskan! Kami semakin mahfum bagaimana kampanye penyelamatan species terancam tidak menemukan tempatnya. Jika dihadapkan dengan kebutuhan mata pencaharian jangka pendek.
[caption caption=kapal nelayan bersandar dibawah langit mendung[/caption]
Suhu dingin disertai penanda alam akan turunnya hujan, memang bukan waktu terbaik bagi pembeli. Meringkuk dalam selimut hangat dalam kamar yang nyaman mungkin lebih menggoda Namun siklus hidup harus terus berlangsung bagi para nelayan tangkap dan pedagang keliling yang menggantungkan hidup mereka ditempat ini,
Pemandangan pagi diisi kapal-kapal kayu yang bersandar ke dermaga. Lalu lalang nelayan memindahkan muatan ikan dari kapalnya dari peti pendingin atau keranjang bambu ke lapak penjualan. Cuaca februari sedang tidak cukup ramah. Kabarnya, jika cuaca bersahabat, jumlah kapal yang merapat akan jauh lebih banyak. Bersama ikan tangkapan yang melimpah. Pagi itu, suasana hiruk pikuk pasar tidak tergambar lugas. Kebanyakan bergerak tanpa tergesa. Memberi kami ruang yang cukup leluasa menjelajahi sudut TPI yang tidak luas.
[caption caption="warna warni menawan dari aktivitas pagi "]
[/caption]
Kapal-kapal kayu berukuran sedang berwarna dasar putih seperti berbaris rapi. Menyatu dengan warna-warni peti wadah ikan. Beberapa saat kemudian, hujan turun. Nelayan dan pedagang sigap membalut tubuhnya dengan mantel . Sampai air hujan tumpah semakin deras. Semuanya bergegas berlindung dibawah naungan atap TPI yang tidak berdinding. Tampias air hujan terasa dihampir seluruh sisi. Yang disebut TPI adalah aula besar terbuka beratap tinggi. Dibangun tanpa jarak dengan bibir laut. Fasilitas pendukungnya berupa dermaga dan sentra pengisian bahan bakar kecil.
TPI ini memang bukan tujuan wisata yang umum. Wajar kalau penghuninya tidak familiar dengan jepretan kamera. Jika hendak memotret, berusahalah sesedikit mungkin menarik perhatian agar tidak menimbulkan gangguan. Sesekali perlu berhenti dan memberi jalan bagi para pedagang yang lewat.
[caption caption="bongkar muatan "]
[/caption]