Akhir November lalu, saya dan bersama dua teman melancong singkat ke Malaka. Tanpa referensi yang cukup tentang kuliner lokal, kami menikmati apa saja yang bisa kami temui dengan mudah selama perjalanan.
Seperti jamaknya, khazanah kuliner Malaka nampaknyatercipta dari persentuhan dengan pendatang berabad silam. Disamping itu,berlangsung saling pengaruh antaretnis yang mendiaminya kini.
Potret etnis Malaka saat ini begituberwarna. Disini,berbaur etnis Melayu, China, India, Baba Nyonya/peranakan - percampuran Melayu dengan China , Portugis, Chitty – percampuran Melayu India dan Euasia.
Perlu waktutinggal yang lebih panjang untuk bisa mendokumentasikan dengan baik kekhasan kuliner Malaka. Tulisan inicuma mencatat sangat sedikit . Hanya yangsempat dicicipi dalamtiap kali waktumakanutama dan beberapa waktu makan selingan. Dalam masa tinggal kami yang hanyasemalam. Tanpabekal pengetahuan yang cukup.
Yangmembuat tak yakin untuk menyatakannya khas Malaka,adalah karena tak ada sumber informasi lisan yang dengan sengaja kami tanyai. Juga, sepertinya sebagian besar jenisnya , bisa ditemukan ditempat lain di Malaysia. Supaya tak salah, saya akan bilang kalau tulisan initak lebih dari pengalamanlidah yang dicatatkan.
Pengalamankuliner pertama adalah saat tiba di terminalMalaka Sentral . Setelah bus yang membawa kami tiba di Malaka. Langsung dari Kuala Lumpur International Airport. Bertiga, kami memutuskan untuk tidak langsung menuju hotel kecil yangsudah kami pesan. Namun, mengawaliplesir dengan menicipi makanan setempat. Terminal mungkin bukan tempat yang tepat untuk mengapresiasi makanan. Tapi cukup untukbisameraba.
Kami berhenti di satu kedai yang cukup bersih dan bernuansa lokal. Tepat seperti yang kami cari. Ada tiga hidangan yang kami pesan . Saya, yang sudahbertekad kuat mengunyah laksa sejak hari dimana kami memutuskan untuk melakukan perjalanan ini, jelas memesan laksa. Dua kawan memesan nasi lemak dan nasi ayam.
[caption id="attachment_385420" align="aligncenter" width="512" caption="Trio Laksa, Nasi Lemak & Nasi Ayam"][/caption]
Sebentar kemudian ,ketiga pilihan hidangan tersuguh dihadapan kami. Di atas meja tersaji mie beras putih dan tauge bersiram kuah rempah yang kental. Nampak irisan bawang merah, selembar daun selada air, setengah bagian telur rebus dan potongan jeruk limau. Harum limau membangkitkan selera. Rempah yang digunakan beragam. Aroma lengkuas, kunyit dan serai terasa tajam di lidah. Buat saya, laksa ini jelas bukan yang terenak yang pernah saya cicipi. Mie nya terlalu tebal dan kenyal. Cenderung alot. Kuah nya juga terlalu kental.
Nasi lemak, serupa dengan nasi uduk kita. Dikukus setelah aron dengan campurancairan santan kelapa dengan tambahan daun pandan untuk menambah aroma. Lauknya, ayam goreng yang menjadi merah oleh siramancairan kental tumisanrempah halus bersama cabe dankecap. Nasi ayam pun demikian. Bedanya, hanya nasi nya berwarna kuning dari kunyit. Dari jenis beras pera. Cita rasa ayamnyaserupa tumis balado, namun denganhanya sedikit sensasi pedas. Masih dominan rasa manis. Teksturadonan rempah nya punhalus karena digiling. Tidak kasar sepertisambal balado.
Pengalaman kuliner berikutnya, saatkaki lelah. Ditengah panas yang menggigit.Setelah berputar-putar mengitarikota tua. Jadwal pesawat dini hari tadi, membuat kami bertiga tidak cukupprima . Jadi perlu beberapa kali beristirahat. Akibat kurang tidur. Terutama saya yang nyaris tak sempat beristirahat semalaman.
Ditengahcapek mendera, kami mampir ke jejeran kios kecil yang terbuka. Panas mendorong kami memutuskan mencarihidangan dingin untuk mengimbangi . Aha, satu kios memampangkan dagangannya, cendol . Di Malaka, cendol atau dbeberapa tempat di tulis dengan ejaan “cendhol” bahkan “chendul.
[caption id="attachment_385422" align="aligncenter" width="498" caption="Kedai Penjaja Cendol"]
[/caption]
Tekstur cendol nya lebih halus daripada cendol yang biasa ditemui di Jakarta. Namun bahanutama pembuat nya masih sama yakni tepung beras. Warnanya juga berasal dari hijau pandan. Cendol disajikan dingin dengan pilihanbahan pencampuryang bisa dimintasesuai selera. Diantara pilihan, adalah es krim beraneka rasa. Yang jadi favorit pelancong lokal adalah cendol durian.
Kami memesan cendol durian. Disajikan dalam gelasbermulut lebar . Didalamnya, cendol tersaji bersama kacang merah rebus yangempuk. Diguyur cairan manis kecoklatan. Rasanya seperti campuran antara karamel denganbrown sugar.Sepotong durian komplit dengan biji diletakkan diatasnya.Setelah dipenuhi dengan es serut, sentuhan terakhir adalah siramansusu krim kental manis. Bisa dibayangkan rasanya, kenyal lembut dari cendol,bercampur manis gula dan susu berpadu dengan lelehan durian. Slurrrpp. Segar.
Di Malaka ternyata juga punya kebiasaan makan aneka gorengan. Disebelah kedai cendol nampakgorengan dijajakan . Ada tigavarian gorengan yang dijual. Dua diantara,sangat Indonesia , sukun dan pisang goreng. Cara mengolahnya persis. Dibalur dengancairan tepungkental kekuningan. Sepertinya campuran antara tepung terigu dengan tepung beras Hasilnya,garingkriuk kriuk dimulut.
Satu lagi, yang sangat Indonesia adalahsejenis pastel. Disini disebut curry puff”. Belakangan, kami tahu kalau curry puff, ditemukan di banyak tempat lain di Malaysia. Jadi kudapan umum. Dari namanya, jelas nampak pengaruh India. Kulit pastel ini tipis garing. Diisi padat menggembung dengan kentang yang dilumatkan dengan bumbu kari. Ketiganya berkalori tinggi dan mengenyangkan.
Malam harinya, kami makankawasan Bukit Cina. Tak jauh dari kota tua. Dimana berjejer banyak rumah makan di semacam ruko berasistektur tua. Dua temanmemilih satu rumah makan yag menjual sate celup. Setelah mendengar rekomendasi dari pengemudi taksi yang mengantar kami dari bandara saat menuju hotel tentang makanan dalam kategori“harus dicoba” di Malaka.
Saya memilih menu yang berbeda, karena sate celup menyajikan pilihan sate non-halal. Meskipun sebenarnya ada pilihanbahan sate lain. Pengunjung bebas menentukanjenis sate yang diinginkan. Yang disebut sate, sama seperti yang kita pahami.Potongan kecil stik bambu, digunakan untuk menancapkan makanan yang sudah dibuat dalam potongan kecil. Tinggal mencomot , aneka olahan seperti fish atau crap cake , atau irisan tipis daging babi dll. Jika ingin sayuran, tersedia bok choy.
[caption id="attachment_385424" align="aligncenter" width="560" caption="Tampilan Sate Celup"]
[/caption]
Yang berbeda adalah cara menikmatinya. Setelah sate dihangatkan. Bumbu pencelup disiapkan. Berupa cairan kental berwarna gelap. Menurut kawan, rasanya seperti gilingan kacangbercampur kecap manis dan bumbu penyedap. Mirip dengan bumbu sate ala Indonesia. Uniknya, larutan bumbu celup dihangatkan dulu diatas mejayang didisain khusus dengan lubanguntuk meletakkan panci. Dibawahnya, api dialirkan dari tabung gas kecil. Setiapbeberapa saat, bumbu diaduk ulang oleh pelayan. Untuk menjaga agar bumbu tetap tercampur merata. Semua sate piihan, termasuk sayuran dimasukkan kedalam panci. Setelah beberapa menit, siap masuk kemulut.
Saya sendiri,mencari hidangan lain yang halal. Saya hanya berhasil menemukan kedaikopi India. Saya memilih menu cepat, nasi goreng ayam.Nasi goreng nya, berbumbu dasar sama seperti bumbu kari. Tapi tidak tajam. Jadilah saya menikmati nasi goreng dengan cita rasa kari. Denganbutiran nasi yang sangatpera.
[caption id="attachment_385428" align="aligncenter" width="560" caption="Nasi goreng berbumbu kari"]
[/caption]
Besoknya, sarapan pagi dari menu yang disediakan oleh hotel. Di kedai yang menempel dibelakang hotel. Ada tiga pilihan menu sederhana yang masuk dalam paket menginap, roti lapis, roti cane dan roti telur. Kami memilih roti telur. Yang disebut roti telur adalah lapisan sangat tipis adonan tepung martabak, dikocok lepas dengan telur diatas wajan datar berisi minyak. Dinikmati dengan cara mencocolkannya kedalam kuah kari kental. Hmm, lagi-lagi kari.
Agar terhindar dari rasa eneq, kami mengimbanginya dengan potongan kecil kue kering. Yang dijual dalam toples plastik. Sarapan yang mengenyangkan selesai. Kami bersiap melanjutkan langkah menyusur kota.
[caption id="attachment_385434" align="aligncenter" width="560" caption="cendol durian bertabur es serut"]
[/caption]
Menjelang akhir perjalanan , kami bersepakat kembali mencari cendol durian. Kali ini tidak di kedai terbuka. Namun di satu toko yang letaknya di pojok dekat jalan Jonker .Pengunjungnya ramai. Karena menjual juga berbagai jenis makanan dalam kemasan. Untuk keperluan oleh-oleh. Rasa dan aromanya tidak sekuat cendol yang kami nikmati kemarin. Tapi dengan tampilan yang lebih manis . Karena menggunakan kemasan khusus makanan sekali pakai, yang dibuat cantik.
Sedikit oleh-oleh jajanan , saya beli . Saya memilih dodol durian. Jenis yang awet untuk dibawa pulang. Karena tahan disimpan dalam jangka waktu lama. Buah durian yang digelari king of fruit nampaknya sangat populer disini.
[caption id="attachment_385432" align="aligncenter" width="491" caption="kios penganan oleh-oleh"]
[/caption]
Pengalaman kuliner terakhir adalah di stasiun kereta di Tampin - lebih 30 km jaraknya dari Malaka. Kembali, bukan tempat yang cocok untuk makan enak. Karena mengejar kereta yang akan membawa kami menuju Penang- persinggahan berikutnya. Karena waktu yang tak banyak, kami hanya memesan makanan untuk d kami bawa.
Tidak banyak pilihan. Hanya nasi goreng untuk menu utama. Kami memilih tiga varian nasi goreng yang berbeda. Agar bisa saling mencicipi. Sisanya, kami mencomot beberapa jajanan diatas meja untuk jugakami bawa. Diantaranya, puding jagung dan kacangyang digoreng tanpa kulit. Puding jagungnya manis, beraroma santan dengan butiran jagung yang masih nampak. Nampak juga curry puff, tapi tidak kami piih. Karenamerasa cukup dengan sajian kari sejak kemarin.
Belakangan, diatas kereta, saat kami mencicipi nasi goreng masing-masing. Rasanya serupa. Nasi yang ditumis dengan bawang putih keprek dan tambahan garam. Tanpa tambahan saus atau kecap.Dengan referensinasi goreng Indonesia yang kaya rasa, jelas nasi goreng ini terlalu polos dan tak kuat rasa. Yang membedakan ketiganya hanya sedikit tambahan potongan sayur, untuk teman yang memilih nasi goreng sayur. Dua lainnya, nasi goreng kampung, dengan tambahan sedikit terikering dengan tingkat keasinanrendah. Semuanya diolah dengan kocokan telur.
Selamat tinggal Malaka. Kami menjelang petulangan berikutnya. Terima kasih sudah memperkaya pengalaman kuliner kami. (one')
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H