Lihat ke Halaman Asli

Gurita Merah dan Kepentingan Biru

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

GURITA MERAH DAN KEPITING BIRU

penuliscerpenrinzay.blogspot.com GURITA MERAH DAN KEPITING BIRU GURITA MERAH DAN KEPITING BIRU Pada suatu hari Gumer(gurita merah) berjalan-jalan di sekitar karang pelangi. Gumer mencari-cari ikan kecil sebagai makanannya. Sesekali ia berdiam diri, menyamarkan dirinya dengan karang yang memiliki warna semburat pelangi. Hanya saja, tak seekor ikanpun bisa ia makan hari ini. “ Ya Allah, hamba lapar. Tolong berilah hamba makanan berupa ikan kecil,” doa Gumer. Gumer lalu mencari-cari ikan kecil yang biasa menjadi makanannya. Tapi, tetap saja, ikan-ikan kecil itu menghilang dan kalau ada, akan berlari gesit menjauhi tempat penyamaran Gumer. “ Ah, mungkinhari ini rezekiku bukan ikan kecil itu. Baiklah, aku akan mencari udang kecil yang ada di pasir. Bismillah,”doa Gumer seraya mengorek-ngorek pasir. Betul saja, baru saja mengorek sebentar,lima udang kecil telah bermunculan. Gumer tidak menunggu waktu lama. Gumer lalu menyantap udang kecil itu setelah sebelumnya membaca doa mau makan. Tiba-tiba terdengar suara. “ Hei Gumer! Kenapa kamu mengorek pasir? Ikan makananmu menghilang ya?” Gumer mencari asal suara. Ternyata suara itu berasal dari Kepibir(kepiting biru). Kepibir dengan sombongnya melangkah miring ke arah Gumer. “ Dari tadi aku melihat sikap kau Gumer. Kasihan sekali ikan-ikan itu tidak tertangkap olehmu ya? Ohya ,mungkin ikan-ikan itu takut padaku. Sejak aku disini tadi, aku telah melahap 10 ekor ikan. Hebat tidak tuh,” seru Kepibir sombong. Gumer tersenyum.” Alhamdulillah, rezekiku hari ini bukan ikan kecil Kepibir. Tapi udang. Yah, sama-sama bergizi. “ Kepibir menghampiri Gumer. “ Tapi beda Gumer. Aku memburu ikan dengn menggunakan taktik. Aku menyamarkan tubuhku di pasir dengan seksama. Lalu ketika ada ikan, aku langsung mencapitnya dengan capitku, lalu kumakan deh,”ujar Kepibir. Gumer terdiam dan hanya tersenyum.” Mungkin ikan itu memang rezekimu hari ini Kepibir. Engkau seharusnya bersyukur pada Allah.” “ Apa? Bersyukur? Buat apa aku bersyukur? Ikan-ikan itu kutangkap dengan menggunakan taktik dan penyamaranku yang hebat. Kenapa aku harus bersyukur?” “ Bukankah yang menciptakan ikan–ikan itu Allah, Kepibir? Sudah seharusnya kita bersyukur atas semua rezeki yang kita dapat. Diri kita juga bukan milik kita loh, tapi milik Allah. Capit, mata, hidung, kepala, semua milik Allah. Sebenarnya kita tidak punya apa-apa! Makannya kata Allah, kita wajib bersyukur danberibadah padaNya, “ seru Gumer. Kepibir menggelengkan kepalanya.” Iya. Beribadah sih beribadah, tapi apa hubungannya beribadah dengan ikan-ikan yang kutangkap?” “ Allah menciptakan kepala kita untuk berpikir. Jadi kita harus menggunakannya dengan benar seperti untuk memikirkan taktik menangkap ikan, memikirkan penciptaan langit dan bumi, atau untuk memikirkan cara mengajari anak cucu kita untuk percaya pada Allah. Nah, yang seperti itu bisa disebut beribadah pada Allah. Dan kita wajib bersyukur karena telah mampu berpikir tentang itu. Banyak lho, mahluk hidup yang malas berpikir tentang Ke-Maha Besaran Allah. Kita jangan seperti itu.” “ Hah?Apa tadi? Mengajari anak cucu kita untuk percaya pada Allah? Malas ah. Lebih baik aku mencari ikan lagi. Oh, lihat ! Matahari bersinar dengan terangnya. Sinarnya sampai menembus ke dasar laut,”seru Kepibir senang. “ Kita masih di sekitar pantai, Kepibir. Makannya sinar matahari masih bisa menembus air laut sampai ke dasarnya.” “ Terserah deh, yang jelas jika cuaca cerah seperti ini, ikan-ikan akan berenang di dekat karang. Aku akan berburu lagi. Kau mau ikut Gumer?” tanya Kepibir. Gumer menatap langit biru yang terlihat jelas. Hatinya berdetak. “ Aku akan beristirahat saja Kepibir. Biasanya jika cuaca cerah seperti ini, banyak anak-anak manusia mencari ikan sampai ke dasar laut. Aku akan berlindung saja untuk sementara waktu.” “ Ah kau dasar penakut Gumer! Biar aku yang akan melindungimu jika anak-anak manusia itu datang. Aku punya ribuan taktik yang bisa membuat kita terlepas dari perburuan anak-anak manusia itu.” “ Terimakasih Kepibir. Tapi, tidak terimakasih. Aku lebih baik beristirahat saja dulu. Beristirahat juga salah satu bentuk kesyukuran kita pada Allah. Jika badan kita sehat, kita bisa dengan khusu beribadah padaNya.” “ Ah, aku bosan mendengarmu berbicara tentang Allah! Kalau kamu mau kelaparan seperti tadi silakan saja! Tapi maaf ya, aku akan mencari ikan dengan taktik dan tenagaku sendiri, bukan dengan pertolongan Allah!” Kepibir lalu berjalan miring ke arah karang yang menari gemulai mengikuti arus laut yang hangat. Gumer mengangkat bahu lalu berenang menuju karang-karang yang membentuk celah seperti gua.Gumer beristirahat siang di dalam celah berbentuk gua tersebut dengan tenangnya. Kepibir yang berada di tempat perburuan, mengubur dirinya dengan pasir putih. Dengan sabarnya dia menunggu kedatangan ikan-ikan datang. Betul pikirannya. Karena cuaca cerah dan hangat, banyak ikan-ikan berenang mendekat. “ Betul kan pikiranku. Lihat, betapa banyaknya ikan yang berenang-renang di cuaca yang cerah ini. Gumer memang bodoh. Selamat kelaparan saja deh,” seru Kepibir. Kepibir menangkap beberapa ikan lalu langsung melahapnya tanpa mengucapkan bismillah. Saking banyaknya ikan yang dimakannya, Kepibir kekenyangan. Karena kekenyangan, Kepibir bahkan tidak mampu untuk berjalan ke sarangnya. Karena kekenyangan pula, rasa kantuk pun menyerangnya. Maka, tertidurlah Kepibir di atas pasir dengan disinari cahaya matahari yang hangat. Kepibir tidak menyadari, anak-anak manusia yang sedang ingin mendinginkan diri menceburkan diri ke lautan dekat dengan tempat dimana Kepibir tertidur. Anak-anak manusia itu berkejar-kejaran dan bermain bola dengan lincahnya. Setelah beberapa saat, seorang diantara mereka berkata,” Aduh, kita mainnya terlalu semangat nih. Aku jadi lapar. Cari ikanyuk?” “ Ayo’’,seru teman-temannya yang lain. Maka dengan kompak mereka mencari-cari ikan. Ada yang mencari ikan di dekat tempat Kepibir tertidur. Ketika dilihatnya ada seekor kepiting biru terdiam di atas pasir, anak itu menangkapnya. Kepibir terbangun dengan kaget ketika anak manusia itu membawanya ke permukaan laut. “ Tolong! Tolong! Gumer! Tolong aku!”teriak Kepibir ketakutan. Dia meronta-ronta berusaha melepaskan dirinya dari cengkraman jemari anak manusia yang kuat itu. “ Tolong aku Gumer! Gumeeeerr!!” teriak Kepibir putus asa memanggil-manggil Gumer. Kepibir tidak memohon pada Allah, padahal Allah lah paling dekat dengan mahluknya. Maka tamatlah riwayat kepiting biru yang sombong itu. Gumer tidak mendengar suara teriakan dan minta tolong Kepibir. Bukan karena pura-pura tidak mendengar, tapi Gumer sedang tertidur dengan nyenyaknya di celah karang. Gumer tidak tahu Kepibir kini sedang dibakar di atas api oleh anak-anak manusia dan akan disantap sebagai santapan siang. (suryani rinz)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline