Lihat ke Halaman Asli

Suryandika Hirawan

belum bekerja

Perang yang Rumit

Diperbarui: 23 Juli 2024   21:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perang Yang Rumit 

Karya: Suryandika Hirawan, S.H

"Perjuanganku jauh lebih mudah dibanding kalian, perjuanganku melawan bangsa asing, sedang perjuanganmu melawan bangsamu sendiri".  Kutipan terkenal dari presiden pertama Republik Indonesia tersebut sangat relevan dengan momen yang kita alami hari-hari ini.  Indonesia sebagai suatu entitas bangsa acapkali diuji kerekatannya.

Indonesia sebagai suatu ide bangsa yang baru terbentuk di abad 20 sebelumnya merupakan bongkahan-bongkahan suku yang tersebar di kepulauan Nusantara, yang mirisnya dikangkangi oleh bangsa kecil yakni Belanda selama kurang lebih 3,5 abad. Namun 3.5 abad itu bukanlah kekuasaan yang langgeng, perjuangan pemberontakan rakyat terhadap pemerintahan kolonial berlangsung disetiap masanya tanpa henti, dengan ciri khasnya yang bersifat kedaerahan  dan dipimpin oleh tokoh lokal yang kharismatik.

Lantas apakah  penjajah itu amat kuat hingga perjuangan kedaerahan itu sampai tidak bisa melawan??,  jawabanya tentu tidak, fakta sejarah membuktikan bahwa Belanda pernah sangat kewalahan menghadapi perlawanan Pangeran Diponegoro dan perjuangan-perjuangan lainnya. Penyebab utama kekalahan perjuangan kedaerahan adalah perjuangan disandarkan pada kharisma seorang tokoh dan amat bersifat terkotak-kotak.  

Tidak ada koordinasi antara satu perjuangan dengan perjuangan lain walau perjuangan tersebut berada pada masa yang sama, misalnya perjuangan Pangeran Diponegoro waktunya bersamaan dengan perjuangan Tuanku Imam Bonjol di Sumatera Barat. Namun karena  tidak adanya koordinasi maka yang terjadi  penjajah sangat mudah untuk membuat siasat dalam rangka menghancurkan berbagai perjuangan.  

Hal yang perlu kita garis bawahi dari uraian tersebut adalah perjulangan tidak boleh didasarkan pada kharisma tokoh tertentu namun harus pada nilai-nilai. Yang dimaksud dengan nilai disini adalah  persamaan tujuan dan ide dari perjuangan, dan itu harus dimiliki oleh setiap individu pelaku perjuangan. 

Ini terbukti dari semenjak lahirnya Budi Utomo dan rangkaian peristiwa di awal abad ke 20, suku-suku bangsa di Nusantara mulai memahami bahwa lahirnya Bangsa Indonesia sebagai suatu entitas bangsa baru yang didasarkan pada kesamaan nasib dan tujuan merdeka adalah suatu keniscayaan yang tidak dapat dielakkan.

Persatuan telah menunjukan tajinya, kemerdekaan telah diraih, namun apakah tujuan telah dicapai dengan nyata?, inti dari perjuangan Bangsa Indonesia bukan tentang kemerdekaan fisik belaka, namun tentang peningkatan kemajuan bangsa dengan dengan salah satu  indikatornya kesejahteraan sosial, keadilan untuk semua dan majunya pola berpikir. 

Sayangnya hal tersebut belum terwujud. Dengan potensi-potensi luar biasanya Negara ini sebenarnya amat mampu menjadi pemain yang berpengaruh di dunia, mulai dari kekayaan sumber daya alamnya yang luar biasa melimpah, dan keanekaragaman budaya serta suku nya membuat Indonesia amat mengagumkan.

Indonesia sebagai bangsa besar tentu menjadi ancaman bagi bangsa-bangsa di dunia. Dalam panggung depan diplomasi tentu Indonesia  memiliki banyak mitra negara sahabat, namun apakah mereka benar-benar sahabat?. Tidak ada negara yang menginginkan negaranya imperior dibanding negara lain, setiap negara pasti ingin menjadi yang terdepan di dunia, baik dengan memajukan bangsanya sendiri ataupun dengan cara menghancurkan negara lain. Presiden pertama Indonesia Ir Soekarno, dari jauh-jauh hari telah mengingatkan bahaya neo kolonialisme, dimana penjajahan terhadap suatu bangsa sudah tidak lagi memerlukan senjata konvensional, namun ada cara-cara yang lebih halus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline