Lihat ke Halaman Asli

Suryan Nuloh Al Raniri

Pendidik, Penulis dan Pembicara

Kisah 3 Hari 2 Malam di IGD

Diperbarui: 29 Januari 2024   21:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah 3 hari 2 Malam di IGD (foto: koleksi pribadi diolah dari canva) 

Penuh sesak, saat itu ruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD) keadaannya. Penulis bersama istri mendapat rujukan dari dokter puskesmas untuk segera ke ruang IGD. 

Hal ini dikarenakan, setelah melihat hasil cek laboratorium. Ternyata trombosit hanya 49.000 mikroliter, sedangkan trombosit yang normal berkisar antara 150.000 sampai 450.000 mikro liter. Dokter menyarankan supaya segera ke rumah sakit untuk dirawat. 

Akan tetapi, penulis berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter untuk meminta dirawat di puskesmas saja. Selain jaraknya dekat dengan rumah, supaya keluarga bisa menjenguk dan menemani tiap hari. 

Akan tetapi, saat itu ruangan rawat inap di puskesmas sudah penuh. Mau tidak mau, penulis harus membawa istri ke IGD. Kami berdua segera meluncur, menempuh jalur terdekat via tol. Karena kondisi istri sudah lemas.

Sesampainya di depan IGD, sambil terhuyung menahan sakit. Kami berdua melakukan registrasi ke bagian admisi. Kami tunjukkan KTP dan BPJS untuk didaftarkan jadi pasien. 

Di ruang IGD, ternyata sudah banyak pasien lainnya yang menunggu masuk ruangan. Dan, di sebelah kiri, ada pasien yang mengalami serangan jantung sampai meninggal. Sedangkan  disebelah kanan pasien yang stroke.

Menghadapi malam pertama di IGD paska ada pasien meninggal disebelah, begitu terasa mencekam. Terlihat dengan jelas saat menjelang menghembuskan nafas terakhirnya. Memang begitulah keadaan di IGD yang semuanya akan terlihat dan terdengar jeritan orang yang kesakitan. 

Sungguh mencekam. Ingin segera pindah ruangan ke tempat yang representatif, ternyata setelah ditanyakan pada bagian admisi, kebetulan semua ruangan kelas 1, VIP, dan kelas 2 penuh terisi. Terpaksa harus menunggu 2 hari.

Jam 01.00 wib, terdengar sayup-sayup perawat memanggil pasien. Seketika juga antara mau tidur dan terjaga, langsung bangun dari keterjagaan untuk menghampiri datangnya suara. 

Ternyata, penulis diberi lembaran map warna hijau untuk diberikan pada admisi dan secarik kertas resep obat untuk diberikan pada depo obat. Sambil menunggu obat, ngantuk juga ya. Pejamkan mata sejenak untuk merecharge energi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline