Lihat ke Halaman Asli

Suryan Nuloh Al Raniri

Pendidik, Penulis dan Pembicara

Menumbuhkan Literasi Bencana di Sumedang

Diperbarui: 3 Januari 2024   02:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menumbuhkan Literasi Bencana (foto:diolah dari canva) 

Sejak 31 Desember 2023 sampai 2 Januari 2024, Kabupaten Sumedang telah diguncang gempa sebanyak 7 kali. Dalam rentang waktu 3 hari tersebut, tentunya membuat warga Sumedang menjadi panik dan tidak tenang. Ditambah lagi ada korban material dan luka akibat gempa tersebut. 

Pemerintah Kabupaten Sumedang telah mengeluarkan Keputusan Bupati Sumedang No. 1 Tahun 2024 tentang PENETAPAN STATUS TANGGAP DARURAT Bencana Gempa Bumi di Wilayah Kabupaten Sumedang. 

Status Tanggap Darurat Bencana Gempa  Bumi di Wilayah Kabupaten Sumedang sejak tanggal  01 (satu) Januari 2024 sampai dengan tanggal 7 (tujuh) Januari 2024. 

Pendidikan merupakan sarana yang tepat untuk mengedukasi kebencanaan. Melalui literasi bencana dapat meminimalisir kerugian yang diakibatkan bencana tersebut. Apalagi pada saat terjadi gempa bumi, banyak informasi yang berseliweran. Tanpa mengecek kebenarannya, langsung dibagikan pada media sosial. Sehingga diperlukan kemampuan literasi dalam mengolah sebuah informasi. 

Literasi Informasi merupakan keterampilan dalam mencari, mengumpulkan, mengevaluasi, kemudian menggunakan informasi tersebut dengan tujuan tertentu. 

Terdapat 4 fase dalam penanganan bencana, yaitu prevention/mitigation, preparadness, response dan recovery. Langkah pertama, prevention/Mitigation adalah serangkaian upaya untuk mencegah dan mengurangi risiko bencana, baik melalui pembanngunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. 

Untuk mengurangi risiko bencana, dapat memanfaatkan media sosial, seperti membuat poster upaya mitigasi bencana. Seperti yang dilakukan oleh PJ. Bupati Sumedang Herman Suryatman, melalui akun instagramnya. 

Mitigasi Bencana (foto:akun instagram hermansuryatman) 

Selain itu menyisipkan kurikulum kebencanaan di sekolah. Hal ini sudah ada di mata pelajaran IPA. Salah satunya pada capaian pembelajaran di fase D, dimana siswa memahami struktur lapisan bumi untuk menjelaskan fenomena alam yang terjadi dalam rangka mitigasi bencana. Tentunya harus sejak dini, mitigasi bencana di kenal kan pada siswa. 

Guru dan kepala sekolah mendapat  pendidikan dan pelatihan untuk dapat menerapkan pendidikan dan keterampilan siaga  bencana. Melalui pendidikan ini diharapkan siswa mampu berpikir dan bertindak  cepat, tepat, dan akurat saat menghadapi bencana dan sikap empati terhadap korban bencana juga dibangun, agar siswa dapat membantu orang lain. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline