Kita sudah tiba di era digital. Indonesia tidak bisa menghindar lagi harus siap memasuki era digital. Rakyat kita sebagian besar sudah bisa mengakses aplikasi digital melalui perangkat digital yang dimiliki.
Hasil pengolahan digital akan menghasilkan informasi. Aplikasi yang kita gunakan dipakai untuk menghasilkan informasi yang berguna bagi pemakainya. Informasi kini menjadi sesuatu yang sangat penting. Dalam konteks peperangan informasi adalah senjata. Senjata yang digunakan untuk memerangi musuh. Negara-negara besar selalu mencari cara untuk menjadi mandiri dalam pengolahan informasi.
Dua negara dengan ekonomi terbesar didunia, Amerika Serikat dan Tiongkok, menjadikan informasi sebagai alat mereka berperang. Meski bukan perang terbuka tetapi mereka melakukan perang dingin. Perang data terjadi diantara mereka. Tiongkok tidak ingin data negaranya (lebih tepatnya Big Data) dibaca, sudah melakukan antisipasi dengan mengeluarkan beragam aplikasi populer yang banyak dipakai. Untuk search engine, mereka punya Baidu dan Sogou dan lain-lain dibanding mengunakan Google. Untuk media sosial mereka mengunakan Weibo daripada Facebook. Tiongkok tahu data warga negara adalah data negara. Data kegiatan warga negara yang terhimpun dalam Big Data, bisa terbaca dari data aplikasi yang dipakai rakyatnya. Pemimpin Tiongkok tidak mau BIg Data digunakan kepentingan negara asing. Kesadaran Tiongkok dalam melindungi Big Data perlu dicontoh negara lain.
Sebuah himpunan datum (jamak dari data) yang disebut Big Data merupakan hal penting karena didalamnya tercantum semua informasi. Big Data bukan hanya digunakan untuk berperang secara konvensional melainkan juga digunakan untuk kepentingan terutama yang menguntungkan secara ekonomi. Data berarti uang, penguasa data berarti penguasa moneter. Seseorang bisa dengan menciptakan sesuatu yang dibutuhkan pasar jika dia memiliki data. Data menyajikan semua informasi yang dibutuhkan. Kemampuan mengumpulkan dan mengolah data sudah merupakan perangkat pertahanan. Ingat Skandal Wikileak, dimana Big Data yang jumlah bocor ke khalayak umum membuat banyak negara marah, termasuk Amerika.
Indonesia tidak luput dari dari ancaman bocornya Big Data. Masyarakat indonesia tercatat 160 juta pada tahun 2019 menjadi pemakai aktif facebook. Untuk mendaftar facebook kita masih memakai email dari luar negeri, terutama Gmail. Belum lagi aplikasi lain yang populer, semua masih memakai aplikasi buatan luar negeri. Kesadaran untuk membangun aplikasi yang berbasis domestik tidak pernah terbangun atau dibangun. Mungkin saat pemerintah membangun hal itu.
Ancaman terbesar kita bukan ancaman hacker atau cracker individual tetapi ancaman terbesar datang dari hacker terorganisir dan memiliki kapital serta sumber daya besar yang memiliki semua data dari negera kita melalui aplikasi yang kita pakai. Saatnya kita merdeka dari ancaman asing yang mengubkan data kita. Merdeka, merdeka, merdeka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H