Surya Tjandra kini menjabat sebagai Wakil Mentri Agraria dan Tata Ruang, sekaligus wakil ketua Badan Pertanahan Nasional, merupakan Orang yang saya kenal. Memang hanya satu kali kami bertemu muka, tetapi kiprah dan karya dia, selalu saya ikuti.
Saya bertemu beliau di Gedung CSIS (Centre for Strategic and International Studies ) jalan Tanah Abang III, Jakarta tahun 2005. Pertemuan ini digagas oleh kawan-kawan JTM (Jaringan Tionghoa Muda) bekerja sama dengan CSIS. Tema yang dibahas adalah masalah patriotisme Tionghoa yang menjadi pembicara adalah pendiri CSIS bapak Hadi Soesastro dan Harry Tjan Silalahi serta Marie Elka Pangestu.
Menurut Harry Tjan bahwa patriotisme Tionghoa tidak perlu diragukan lagi, karena sudah terbukti sejak masa kemerdekaan maupun pra-kemerdekaan. Masalah ada beberapa orang yang mempertanyakan adalah hal biasa, keunikan orang Tionghoa adalah mempunyai karakter pekerja keras, sehingga banyak menghasilkan orang sukses. Ini yang membuat orang dari suku lain iri. tetapi beliau selalu menekan jangan ragu untuk berbuat bagi bangsa dan negara sekalipun banyak tantangan.
Ibu Marie Elka Pangestu saat itu menjabat sebagai Menteri Pedagangan, datang belakangan karena ada suatu urusan, suami beliau datag terlebih dahulu dengan menyampaikan permohonan maaf. Setelah selesai seksi diskusi maka pembicaraan beralih pada pembicaran santai dengan Ibu mentri.
Di sini saya mulai kenal dengan Surya Tjandra yang ternyata pengacara sekaligus dosen di Atmajaya Jakarta. hanya dua orang dari sekian banyak orang yang berkumpul disitu yang berprofesi pengacara, salah satu Suma yang saat itu sedang mencalonkan diri menjadi Komisioner Komnas HAM (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia). kebetulan mereka berdua kakinya timpang
Yang membuat salah kagum kepada bro. Surya Tjandra ternyata dia adalah bukan pengacara bisnis, tetapi pengacara kaum buruh! Dia sempat mengungkapkan pembelaan terhadap buruh yang tidak mendapatkan jaminan sosial dari pengusaha yang seharusnya mereka terima.
Saya berpkir wah hebat orang ini, Orang Tionghoa dari kalangan miskin, lulusan UI (Universitas Indonesia) tetapi mau bekerja di LBH dan membela kaum buruh. Melihat kondisi dan gaya fisiknya terlihat bahwa dia bukan "orang berduit", karena dia datang tidak mengendarai kendaraan pribadi, menampilkan dia bukan orang berduit dan juga cara dari pakaian dan aksesoris yang dia pakai. Dia orang yang sangat sederhana. Terlihat dari cara dia berbicara dia sangat berkomitmen untuk perbaikan kondisi sossial kaum buruh.
Setelah berbicara beberapa jam santai bersama rekan yang lain termasuk dengan Ibu Marie Pangestu, Istrinya yang sedang hamil meminta dia untuk pulang karena adalah masalah di perut, faktor kelelahan mungkin.
Setelah beberapa tahun kemudian tidak bertemu, kami bertemu di media sosial, Facebook, terlihat dari statusnya yang dai tulis, komitmenya tidak berubah. kami beberapa kali berinteraksi di Facebook, terutama saat dia mencalonkan diri sebagai pimpinan KPK (Komisi Pembrantasan Korupsi) . meski gagal, ternyata dia tidak putus asa untuk terus berkiprah di dunia politik.
Saat dia mencalonkan diri sebagai calon legislatif PSI (partai solidaritas Indonesia) untuk daerah pemilhan V Jawa Timur (Malang Raya), terlihat dia semakin gencar memposting kegiatan dan visi-misi sebagai kandidat anggota DPR-RI. tetapi kemudian dia gagal masuk Senayan. Tetapi akhirnya dia terpilih sebagai Wakil Mentri Agraria dan Tata Ruang, sekaligus wakil Kepala BPN. Semoga komitmen beliau kepada kalangan "wong cilik"bisa diimplementasikan saat menduduki jabatan sebagai wakil mentri. Sukses Bro. Surya Tjandra, doaku selalu sertamu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H