Lihat ke Halaman Asli

Anton Surya

Pengelana

Menulis Karena Panggilan Jiwa

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13355025792069769662

[caption id="attachment_177450" align="alignnone" width="300" caption="sumber: pujangga78.blogspot.com"][/caption]

Saat kenal kompasiana, membuat semangat saya untuk menulis bangkit kembali karena kita bisa memposting tulisan kita dan dibaca orang serta diberikan komentar. Tentu saja membuat saya antusias. Beberapa orang berhasil saya pengaruhi untuk bergabung.

Sangat beragam orang yang tergabung kedalam kompasiana. Mulai dari tulisan yang provokatif hingga menghibur. Beberapa kali saya membaca tulisan yang berbau SARA yang akhirnya dihapus oleh admin. Semuanya saya hargai karya mereka karena menambah pengetahuan saya tentang manusia. Dan Admin pun harus menegakkan berani aturan, saya dukung.

Menulis itu bukan suatu hal yang mudah. Itu harus saya akui. Walau sejak kecil saya sangat suka menulis. Dalam pelajaran bahasa Indonesia terutama dalam hal mengarang saya selalu mendapat nilai yang baik. Bahkan saya pernah meraih juara II untuk tingkat propinsi dalam bidang penulisan.

Harus saya akui menulis itu butuh kerja keras tidak sekedar mengandalkan potensi yang ada dalam diri kita. potensi akan menjadi sia-sia jika tidak dilatih terus menerus. Kerja keras secara terus-menerus yang perlu kita lakukan untuk menghasilkan karya besar.

Banyak hal yang menghambat dalam menulis sesuatu. Mulai dari kekurangan waktu hingga kekurangan inspirasi. Semua jadi alasan saya untuk tidak menulis. Kekurangan waktu karena menulis bukan menjadi profesi yang menjamin. Walaupun hal itu tidak sepenuhnya benar. Saya masih ingat perkataan orang tua saya dahulu supaya jangan menjadi penulis karena tidak menjamin masa depan yang cerah. Saya bisa memaklumi hal itu karena kami tidak ada darah penulis dalam silsilah keluarga, terlebih lagi saya dibesarkan pada masa orde dimana tidak bisa leluasa untuk berkarya karena harus melalui sensor pemerintah yang otoriter. Saya masih ingat seorang kenalan keluarga kami diburu oleh pemerintah hingga harus menghilangkan semua identitas aslinya karena tulisan-tulisannya. Pada masa itu juga antusiasme masyarakat terhadap bahan bacaan terasa kurang. Berbeda dengan saat ini. Saya dapat membandingkannya dari jumlah pengunjung perpustakaan dan toko buku yang semakin hari semakin banyak.

Banyak teman yang mendorong saya untuk menulis bahkan mereka rela mengenalkan saya dengan penerbit. Tetapi saya tidak pernah mempunyai waktu untuk menyempatkan diri untuk menjadi penulis. Hal ini dapat dipastikan karena saya sudah menggeluti profesi lain diluar dunia tulis-menulis. Terus terang saya merasa ada yang kurang dalam jiwa saya tidak menulis. Tetapi saya juga tidak mau menulis sesuatu yang bertentangan dengan jiwa saya. Sayapun selalu mendorong teman-teman selalu menulis dengan dorongan dari dalam jiwa bukan untuk disukai atau untuk memperoleh rating/hit yang tinggi sekalipun menentang arus. Mungkin tulisan kita tidak disukai saat ini, tapi belum tentu nanti. Ingat dunia selalu berubah karena yang tetap adalah perubahan. Tetaplah menulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline