Lihat ke Halaman Asli

Anton Surya

Pengelana

Dayak Bidayuh (Jagoi II)

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dayak Bidayuh merupakan salah salah satu subsuku dayak yang berdiam di Provinsi Kalimantan Barat. menurut cerita lisan mereka berasal dari Tamong (sebuah kampung di Gunung Niut) kemudian menyebar ke Sungkung, Kemudian menyebar ke Bau (Malaysia) dan akhirnya ke Jagoi. Penyebaran itu sendiri disebabkan oleh padatnya penduduk dan ingin mencari tempat berladang yang baru. ini sesuai dengan pola pertanian masyarakat Dayak yang menganut pola pertanian dengan system ladang berpindah. Menurut pengamat saya saya penyebaran penyebaran mereka hanya di seputar Gunung Niut. bahasa penduduk yang tinggal di Gunung Niut dan sekitarnya mirip dengan bahasa mereka, hanya terdapat sedikit variasi. Selain memiliki rumah panjang (betang) sebagai tempat tinggal mereka juga memiliki rumah tinggi. ini salah satu keunikan yang mereka miliki. Dahulu rumah tinggi merupakan tempat "pendidikan" para pemuda. di rumah tinggi disimpan berbagai benda pusaka, termasuk tengkorak hasil menggayau. disini para tetua bercerita kepada para generasi muda tentang asal-usul nenekmoyang dan kisah kepahlawanan nenekmoyang mereka. Walaupun tidak di Jagoi sendiri sudah tidak ada lagi rumah tinggi tetapi di kampung sekitarnya masih ada, yang paling terkenal adalah rumah di Sebujit, setiap bulan juli mereka selalu mengadakan acara pesta adat. Pesta adat yang unik (berbeda dengan pesta adat dayak lain) membuat menarik para wisatawan domestik dan mancanegara banyak berdatangan. Sangat menarik untuk dikunjungi   Menurut Mijen, seorang guru yang mengajar muatan lokal di jagoi, asal kata Bidayuh berasal dari Kata doyoh yang artinya bukit. Saat ini mereka tinggal di kecamatan Jagoi Babang, Kab. Bengkayang, Kalimantan Barat. Mereka memiliki bahasa yang berbeda dengan orang Bakati (subsuku tetangga). Sebenarnya mereka tidak menyangka jika mereka adalah bagian dari NKRI, menurut mereka batas wilayah antara NKRI dan Malaysia adalah Sungai Seluas (anak Sungai Sambas). Sungai Seluas yang memisahkan teritori adat antara orang Bakati dan orang Bidayuh. Selama konfrontasi Indonesia dan Malaysia, mereka banyak menderita. karena wilayah mereka merupakan garis depan peperangan. Banyak penduduk mereka menjadi pendukung peperangan di kedua belah pihak. Selama masa konfrontasi peranan mereka sebagai pembantu tempur TNI cukup banyak. para veteran di satu pihak mereka mengeluh tentang penghargaan dari pemerintah RI jika mereka bandingkan dengan penghargaan dari pemerintah Malaysia terhadap para veteran konfrontasi (dalam hal ini saya tidak menggali lebih jauh). Pembangunan yang timpang antara Indonesia dan Malaysia juga membuat mereka iri. menurut penuturan mereka di bagian Malaysia, orang Bidayuh, sudah beberapa yang meraih gelar Doktor dari luar negeri dengan beasiswa negara. sedangkan di Jagoi untuk Sarjana yang merupakan asli orang Bidayuh bisa dihitung dengan jari.  Pada masa lalu mereka merasa diabaikan oleh pemerintah dalam hal pendidikan. Pada masa itu sekolah ada, tetapi guru-guru yang ditugaskan lebih banyak tidak ada ditempat. saat ini pemerintah sudah memperhatikan pembangunan pendidikan di daerah perbatasan, terutama di Jagoi. SMP dan SMU sudah dibangun di daerah mereka. [caption id="attachment_174087" align="alignnone" width="300" caption="Rumah Adat Sebujit"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline