Lihat ke Halaman Asli

Anton Surya

Pengelana

Barang Mahal

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Negeri ini sudah terbiasa dengan menggunakan barang yang bernilai rendah. KKN gaya reformasi sudah bukan hal aneh lagi. Penyalahgunaan kekuasaan dengan bertameng legalitas sudah menjadi barang umum. Kebesaran jiwa dan kemurahan hati sudah menjadi barang mahal, bahkan menjadi antik yang hanya cocok masuk museum.

Kepentingan kelompoklah yang harus diperjuangkan. Masa bodoh dengan kepentingan lain, sekalipun itu kepentingan yang lebih besar. Dana-dana negara tidak digunakan untuk “memanusiakan” manusia, tetapi "mamaterikan" manusia. Yang materi yang lebih penting, yang manusiawi tidak.

Pembangunan untuk mengejar materi dan memamerkan materi selalu mendapat tempat. Pendirian bangunan yang menggusur tempat-tempat manusia dan alam bersatu menjadi tidak penting. Semua tempat yang kosong harus segera dibangun. Ruang terbuka hijau hanya menjadi jargon dan tidak layak mendapat tempat di tengah kota. Kota hanya tempat untuk “yang berkelas”. Pohon-pohon tempat manusia berinteraksi hanyalah barang primitif yang perlu menjadi tersingkir.

Manusia-manusia negeri ini banyak yang menjadi politis, sekalipun bukan politikus. Legalitas hanyalah untuk pembenaran.

Para pemuka agama dipakai untuk bersuara hanya bagi kepentingan golongan, politikus, dukung-mendukung dan gusur-menggusur golongan lain. Nilai luhur agama hanya ada dalam kitab suci. Esensi ilahi sudah luntur. Sementara sebagian yang setia dengan idealismenya, hanya jadi bahan cemoohan. Mereka hanyalah “yang tersisa” yang hanya cocok di pesantren, seminari, padepokan dan didunia sufi bukan didunia nyata. Ajaran mereka hanya teori bukan materi. Teologi mereka tiada arti.

Kebajikan dan kebijakan selalu dipertanyakan. Kebajikan dan kebijakan sudah menjadi barang mahal dinegeri ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline