Hari Katini: Gerakan Mahasiswi & Belenggu Romantisme
Menanti Gembarakan Kartini Millenial, Apakah Terbelenggu "Kasur, Sumur, Dapur" ?
Oleh: Suryadi-Mas (Aktivis Kaum Pinggiran).
MAKASSAR - "Wanita adalah tiang Negra. Hancur atau majunya suatu Negara tergntung bagaimana kondisi wanita yang ada di dalamnya," demikian kutipan singkat kata bijak.
Tidak heran jika muncul ungkapan, dibalik kelembutan seorang wanita ia bisa mengayunkan buaian di tangan kanan dan mengguncang dunia dengan tangan kirinya.
Setiap 21 April setiap tahun, masyarakat Indonesia memperingati Hari Kartini. Hari tersebut merupakan penghormatan kepada Raden Ajeng (RA) Kartini atas perjuangannya membela wanita untuk mendapat hak sama dengan pria di berbagai bidang. Hari bersejarah ini juga menjadi perayaan emansipasi wanita Indonesia.
Eksistemsi Mahasiswi sebagai generasi emas, ingatlah pada gerakan dan perjuangan Kartini. Karena lupa sejarah, lupa Indentitas. Meskipun perubahan hanya soal waktu, karena zaman tidak bisa dilawan.
Namun, celakannya, mahasiswi yang duduk di bangku kuliah perguruan Tinggi jarang meneladani RA Kartini, mereka lebih gemar memaperkan apatisme dan hedonieme juga. Mereka seakan pura-pura lupa sehingga terninanbobohkan oleh keadaan.
Apa benar hegemoni Kasur, Sumur dan Daput masih melekat? Bahkan ada anggapan "humor". Kartini dulu dengan sebutan slogan 'Habis Gelap Terbit Terang', namun mahasiswi sekarang 'pergi gelap pulang terang'. Entahla, semoga waktu bisa menjawab.
Emansipasi kartini dibahas bukan untuk dihina, tapi justru untuk mengangkat harkat dan martabat yang dahulu wanita lebih dianggap dibawah dari pria, karena itu bukan hanya wacana, tapi ada dokumen sejarah dan bukti-bukti otentik dan dokmen sejarah.
Saat mahasiswi selaku regenerasi kartini millenial, jarang melakukan gerakan sosial. Jika ada, hanya sebatas cerita dongeng. Mereka lebih assiek terbelenggu romantisme, ketimbang melakukan tindakan. Kini publik menanti gebrakanmu di zaman sekarang.