[caption caption="Anak Lanang" ][/caption]
Enam tahun tidak terasa berlalu cepat,dan tak terasa bulan Ramadhan 1436 ini tepatnya tanggal 28 Juni 2015 , ada tilpon dari anak saya yang sekarang kuliah di salah satu universitas negeri di semarang yang memberitahukan adiknya sudah bisa dipanggil ustadz karena sudah lulus dari pesantren di Ponorogo.
Saya tanyakan kenapa kok sudah bisa dipanggil ustadz, jawabannya kalau setelah lulus dan dia melakukan tugas pengabdian di pondok cabang , akan dipanggil adik kelasnya ustadz. Sudah setahun ini dia mendapatkan tambahan ilmu, pengalaman dan mengenal Indonesia tidak hanya pulau jawa, ketika naik kelas 6 ramadhan tahun lalu, dia mendapat kesempatan mengamalkan ilmunya di Kendari membimbing adik kelasnya selama setahun .
Saya masih ingat ketika wajah polosnya ketika lulus dari sekolahnya di MI Tauqiyah Semarang tahun 2009, tidak ada cerita mau melanjutkan sekolah di SMP atau MTs. Sebagai orang tua saya merasa punya kewajiban mencarikan sekolah yang akan memberinya bekal pengetahuan yang lengkap baik dari segi agama maupun ilmu pengetahuan umum.
Ketika ditawarkan sekolah di salah satu pesantren di Ponorogo, ada kegamangan di wajahnya, dan saya paham sebabnya, dari bayi sampai lulus sekolah dasar tidak pernah terpisah dengan ibunya, apalagi ketika kelas 5 sudah saya tinggal karena tugas kantor harus dimutasikan di luar jawa tahun 2008.
Salah satu kegiatan yang membantu memantapkan dia adalah ketika dia sering tak ajak nengok kakaknya yang perempuan kebetulan saat itu sekolah di pesantren di Mantingan Ngawi, sedikit banyak dia melihat kehidupan pesantren dengan dinamikanya yang luar biasa. Perjalanan dengan bis dari Semarang ke Ponorogo, dengan membawa pakain secukupnya, saya antar dia untuk mendaftar di ponorogo , ketika di tes dan dinyatakan diterima ucap syukur Alhamdulilah saya kepada pemilik dunia seisinya Allah SWT
Setengah tahun di Ponorogo, dipindahkan cabang pondok di Banyuwangi tepatnya Dusun Genteng Kecamatan Rogojampi, bisa dikatakan selama lima tahun saya bergantian dengan ibunya, rutin 3 bulan sekali nengok. Ketika mau ujian naik kelas 6 , saya di beritahu harus dia harus dirawat di rumah sakit Islam milik NU di Rogojampi,karena kelelahan dan seminggu saya menemani, ada yang menarik di rumah sakit ini, ada kunjungan terapis ahli pengobatan non medis dan yang luar biasa bisa bekerjasama dengan paramedis disana.
Lima hari sebelum ramadhan, anak saya sudah berada di pusat pesantren di Ponorogo, dan tanggal 28 Juni 2015 kemarin adalah saat untuk menerima hasil belajarnya selama 6 tahun, dan mata bapaknya malamnya nggak bisa tidur hingga jam 1 pagi, karena was-was, tetapi Alloh SWT sekali lagi memberikan anugerah kebahagiaan kepada keluarga kami, anak saya dinyatakan lulus dan mendapat kepercayaan pondok untuk mengabdi di Kendari lagi selama setahun.
Doa kami untuk dia, agar menjaga amanah menjadi pengasuh bagi adik kelasnya di Kendari, karena sebelumnya dialah yang diasuh oleh Ustadz, dan sekarang harus melakukan tugas sebagai pengasuh menggantikan ustadz sebelumnya yang harus melanjutkan sekolah yang lebih tinggi untuk menggapai cita2nya sebagai guru, dokter, psikolog atau mau masuk menjadi taruna di Magelang atau Semarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H