Lihat ke Halaman Asli

Suryadharma Arya

Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Kemendesa PDTT, ditugaskan di Kabul Jeneponto Sulawesi Selatan

Nuansa Religius pada Deklarasi Desa

Diperbarui: 16 Januari 2025   12:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Deklarasi Hari Desa (Sumber: Kemendesa.go.id))

"Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya". (Al Qur'an Surat Al-Isra' ayat 44)

Nuansa religius menyelimuti momentum deklarasi Subang dalam rangkaian perayaan hari desa nasional yang digelar di bulan Januari 2025 Miladiah, bertepatan dengan bulan Rajab 1446 Hijriah. Tak sekedar kemeriahan dan kemegahan kegiatannya, namun sebab pencanangan hari desa berlangsung di hari dan bulan mulia.

Kaum mukmin menyakini keberkahan setiap kebaikan di bulan Rajab. Seperti kutipan Al-Qur'an Surat Al-Isra' di atas, seantero langit dan bumi beserta segala makhluk di dalamnya bertasbih dan memuji Allah SWT tak terkecuali di bulan Rajab.
Rajab jadi saksi peristiwa agung dan fenomenal Isra Mi'raj yang diabadikan dalam kitab mulia Al-Qur'anul Karim.
Rasulullah SAW menyebut Bulan Rajab adalah bulan Allah dan bulan itu adalah bulan yang sangat besar. Bulan ini disebut A'zham (agung).
Bulan Rajab ialah musim semi penghambaan kepada Allah SWT, dengan hembusan rahmat dan ampunan Ilahi. Rajab juga adalah bulan penyucian hati dan jiwa dari dosa-dosa. Rajab adalah pintu gerbang dari bulan mulia selanjutnya, yakni Sya'ban dan Ramadhan yang sarat dengan keutamaan dan berkah, sehingga menjadi sebab pembuka kunci-kunci surga.

Demikian halnya sisi religius pada keterpilihan tanggal deklarasi, tanggal 14-15 Januari. Tanggal yang bertepatan dengan 14-15 Rajab yang disebut ayyamul bidh, hari-hari pertengahan bulan hijriah yang memiliki keistimewaan dan Fadhilah sesuai Sunnah Rasul.

Sisi Religius Narasi Deklarasi
Spirit religius mewarnai teks pidato deklarasi perayaan hari desa nasional.  Narasi deklarasi dibuka dengan frasa 'Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa.' Secara tekstual meneguhkan kesadaran dan keyakinan anak bangsa bahwa membangun Indonesia dari desa tidak hanya bertumpu pada faktor finansial atau material, tetapi juga aspek spritual yang kokoh di atas pondasi keberkahan dan kerahmatan Allah yang Maha Kuasa. Hal itulah yang menjadi ghirah, motivasi spiritual untuk memperkuat ketulusan niat atau cita-cita, kesungguhan ikrar, dan keteguhan komitmen mewujudkan desa terdepan yang merata di seluruh Nusantara.

Dan mari menyelami kedalaman makna religius teks pidato sang menteri desa pada penghujung orasi deklarasi berikut:

"Membangun dari desa dan membangun dari bawah untuk pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberikan yang terbaik buat Negara Kesatuan Republik Indonesia,"

Keindahan makna teks orasi deklarasi yang menghadirkan asma Tuhan pada mukadimah dan akhirnya. Di awal jadi pondasi keyakinan kokoh, dan di akhir meninggikan asma Tuhan sebagai spirit optimisme meraih hasil terbaik untuk kemaslahatan rakyat Indonesia dalam bingkai NKRI.

Salam Keberkahan di Hari Desa
Penyampaian salam Keberkahan dari para petinggi negeri pun menyebar di arena deklarasi, khususnya pada rangkaian seremonial hari desa.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh"  
(Semoga Allah melimpahkan keselamatan, rahmat, dan keberkahan-Nya tercurah kepada kalian)

Dan salam Keberkahan bersambut dari tujuh lapis.langit, dan bumi beserta segala yang ada di dalamnya. @uya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline