Lihat ke Halaman Asli

Cerita 2018

Diperbarui: 1 Januari 2019   12:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

shutterstock

Tahun 2018 baru saja berlalu, tiupan terompet (kalau masih ada) dan ledakan kembang api yang menghiasi langit di berbagai negara serta teriakan penuh harapan dan keceriaan menyambut tahun 2019. Berbagai harapan, resolusi, hingga keinginan menyambut tahun 2019 ini, meninggalkan kenangan, cerita hingga mimpi yang sudah atau mungkin belum terwujud di 2018.

Tulisan ini merupakan sedikit review dalam hidup saya dan pandngan saya di 2018, yang sejujurnya sayang untuk saya lupakan dan coba saya untuk ucapkan melalui tulisan yang mungkin tidak penting bagi anda sekalian J

Pertama saya mau berterima kasih atas berbagai kesempatan yang menghampiri saya di tahun 2018 yang baru saja lewat. Di tahun 2018 kemarin saya di ajak teman saya untuk mengisi konten pada social media sebuah produk -bahasa kerennya menjadi content writer- yang menjadi pengalaman pertama saya jadi mimin. Selain itu di tahun ini saya juga di beri kesempatan dan diundang menjadi buzzer Asian Games oleh sebuah sponsor Asian Games 2018.

Saya juga mau berterima kasih untuk setiap orang yang menambah daftar kontak handphone saya, baik yang saya kenal secara tidak sengaja, ataupun sengaja. Untuk mereka yang percaya kepada saya dan mau berbagi kisah hidup mereka, terima kasih untuk kepercayaannya yang pastinya akan selalu saya jaga dan saya simpan baik baik sebagai bekal saya kelak jika saja saya nantinya mengalami hal yang mungkin sama, sehingga saya tahu bagaimana harus bersikap kelak

Terima kasih juga ketika di tahun ini saya di ijinkan membaca artikel tentang seseorang yang merelakan passionnya dan lebih memilih panggilannya karena kegelisahan dan teguran Tuhan yang terus datang padanya.

Tulisannya membuka mata saya bahwa mimpi dan panggilan adalah 2 hal yang berbeda, bahwa hidup adalah bukan hanya selfish dan mengejar mimpi untuk diri sendiri, tapi bagaimana mau dengan rendah hati mendengar panggilan dan memenuhi tujuan hidup yang pastinya sudah di rencanakan Tuhan untuk kita.

Iya, saya adalah orang yang percaya bahwa setiap dari kita pasti punya tujuan hidup yang telah di tetapkan Tuhan untuk kita, bukan hanya kerja gila untuk menjadi kaya, dan karena saya juga tidak mau dianggap kalau keberadaan saya tidak lebih hanya karena hasil hubungan sex** kedua orang tua saya --cuma hasil nafsu bahasa kasarnya-.

Oh iya, artikel yang saya baca bisa baca di sini.

Lalu untuk Asian Games 2018 yang di adakan di Jakarta-Palembang. Terima kasih yang luar biasa untuk semua atlit, official, serta pelatih cabang olahraga yang berlaga di Asian Games baik yang mendapat medali ataupun tidak, saya percaya bahwa kalian semua telah mati matian berjuang untuk merah putih.

Terima kasih karena telah meredakan polarisasi yang terjadi di masyarakat karena suhu politik, dan menjadikan masyarakat satu suara di arena pertandingan. Untuk mereka yang menjadi panitia/ penyelenggara acara yang bekerja di belakang layar untuk suksesnya event berkelas dunia ini. Kalian LUAR BIASA !!

Di 2018 ini, selain kebahagiaan karena Asian Games, banyak hal yang telah terjadi di Indonesia. Kasus korupsi masih merajalela, bahkan mulai menjerat kepala negara yang berusia muda yang sebenarnya di harapkan mempunyai pemikiran yang visioner dan mampu memutus kebiasaan lama yang korup dan berbau busuk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline