"A true genius of the Beautiful Game played his final match yesterday. It's been an honor to share the journey with you. Grazie, Maestro" --Juventus Instagram Account-
Andrea Pirlo secara resmi telah mengumumkan keputusannya untuk pensiun kemarin. Pertandingan antara New York FC melawan Colombus Crew di MLS menjadi laga terakhirnya. Mantan pemain Brescia dan Inter Milan itu menorehkan prestasi yang gemilang selama karir sepakbolanya. Bersama Italia, ia berhasil mengantar Gill Azzuri menjadi kampiun Piala Dunia 2006 setelah mengalahkan Prancis dalam laga yang mejadi pertandingan terakhir Zinedine Zidane. Di tahun 2012, ia juga berhasi mengantarkan Italia menuju final Piala Eropa menghadapi Spanyol yang baru saja menjuarai Piala Dunia 2 tahun sebelumnya.
Di level klub, ia menjadi salah satu deep playmaker terbaik di masanya. Bersama AC Milan, ia berhasil mempersembahkan Si Kuping Besar ke lemari trofi klub berjuluk setan merah tersebut. Di Juventus pun, ia menjadi salah satu elemen penting kedigdayaan Juventus di Liga Italia yang dan membantu klub berjuluk La Vechia Signora tersebut meraih gelar juara Liga Italia dari musim 2011/2012 -- 2014/2015. Bahkan di musim terakhirnya ia berhasil mengantarkan Juventus ke final Liga Champion sebelum di tekuk Barcelona di partai final.
Gelandang Elegan
Sebagai pemain tengah, Pirlo di kenal sebagai gelandang yang unik. Meski posisinya adalah gelandang bertahan,namun tugasnya tak hanya merebut bola dan menjadi tembok lapis pertama bagi garis pertahanan, Ia juga dikenal memiliki umpan umpan yang tajam yang mengarah langsung ke jantung pertahan lawan. Keberadaannya seolah mengganti stigma pemain bertahan yang pada masa itu lebih di identik dengan pemain yang bertenaga dan menjurus kasar dengan tekel dan gaya main yang keras.
"Dia salah satu gelandang bertahan terbaik, dia mengubah posisi nomor 6. Sebelumnya nomor 6 hanya memiliki tugas menekel dan memenangi bola, namun kini nomor 6 harus memiliki kapasitas dan kemampuan yang sama dengan pemain nomor 10. " ujar Patrick Viera, salah satu Legenda Arsenal yang kini menjadi sebagai pelatih di New York City.
Keberadaan Pirlo sebagai Jendral di lapangan tengah memang menjadi keuntungan sendiri bagi semua pelatih yang bekerjasama dengannya. Meki tak memiliki karakter keras dan bertenaga seperti gelandang bertahan pada umumnya, Pirlo memiliki senjata lain berupa umpan umpan akurat dan kejelian dalam melihat ruangan kosong di garis pertahanan lawan. Selain itu, ia juga handal dalam mengeksekusi bola bola mati.
Selama 22 tahun karir profesionalnya, Pirlo telah memenangi total 13 trophy sepanjang karirnya, dimana AC Milan menjadi puncak karirnya. Bersama Carlo Ancelloti, ia mengantar Milan ke era emasnya di awal millennium tepatnya di musim 2002-2003 ketika ia berhasil membantu Milan meraih treble winner dengan memenangi Liga Champion, Liga Italia dan Piala Italia.
Ancelloti, Inter Milan dan Juventus
Bagi Pirlo, Ancelloti memang menjadi sosok spesial. Di awal karir professionalnya, Pirlo memang sempat mengalami kesulitan setelah pindah dari brescia ke Inter Milan. Di inter ia jarang mendapatkan tempat utama dan kalah bersaing dengan gelandang gelandang Inter kala itu seperti Clarence Seedorf, Mohammad Kallon, hingga Cristiano Zanetti. Ia pun akhirnya dipinjamkan ke Reggina dan Brescia, sebelum akhirnya di musim 2001/2002 ia direkrut klub sekota Inter dengan mahar 18 juta euro di era pelatih Fatih Terim yang hanya bertahan selama 4 bulan di AC Milan.