Menjaga stabilitas dan ketersediaan harga barang kebutuhan pokok merupakan salah satu pekerjaan pemerintah, khususnya Kementerian Perdagangan (Kemendag). Biasanya, beban tugas ini kian berat menjelang hari besar keagamaan nasional.
Maklum, di saat perayaan keagamaan, konsumsi masyarakat cenderung meningkat dan seringkali tidak diiringi bertambahnya ketersediaan barang. Dalam logika ekonomi, permintaan yang tinggi dan ketersediaan barang yang kurang pasti menimbulkan kenaikan harga.
Kementerian perdagangan sebenarnya memiliki formula jitu untuk menjaga stabilitas harga saat momen hari besar keagamaan. Caranya dengan menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk bahan pokok seperti beras, gula pasir, daging sapi dan minyak goreng. Selain itu, Kemendag juga melakukan Operasi Pasar untuk meredam kenaikan harga barang kebutuhan pokok.
Hasilnya bisa terlihat pada tahun 2017. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi selama bulan puasa tahun lalu sebesar 0,86% dan inflasi saat Lebaran sebesar 0,69% adalah yang terendah dalam enam tahun terakhir.
Bicara soal beban pemerintah, sebenarnya masyarakat sebagai konsumen bisa berperan meringankan kerja pemerintah dalam menjaga stabilitas harga barang kebutuhan pokok. Melalui penerapan gaya hidup yang tepat, konsumsi masyarakat dapat dikendalikan bahkan meningkatkan ketahanan pangan dan keuangan keluarga. Penasaran? Berikut ini ulasan selengkapnya:
Gunakan Teknologi untuk Berbagi Makanan
Tingginya tingkat konsumsi saat hari besar keagamaan antara lain disebabkan karena gaya konsumsi yang kurang tepat. Biasanya, karena takut barang habis masyarakat cenderung berlebihan saat berbelanja. Karena konsumsi yang tidak sesuai kebutuhan, banyak kelebihan barang tersisa dan akhirnya terbuang sia-sia.
Karena kesalahan ini dilakukan oleh banyak orang, akibatnya ketersediaan barang jadi menipis bahkan langka. Saat inilah harga jadi meningkat. Padahal, di saat bersamaan sebagian orang justru memiliki kelebihan barang kebutuhan.
Masalah ini sebenarnya bisa diselesaikan secara sederhana. Kita bisa menjual kelebihan barang tersebut pada tetangga dekat yang membutuhkan. Namun, kesulitannya tidak mudah untuk mengetahui siapa dan di mana tetangga kita yang bersedia membeli makanan.
Nah, di sinilah teknologi bisa menjadi solusi. Dengan sedikit kemampuan mengorganisasi masyarakat, Anda bisa menjadi pionir dalam mengatasi masalah ini. Caranya, buat grup chat yang beranggotakan para tetangga Anda. Jadikan grup WA tersebut sebagai ruang untuk menawarkan kelebihan barang kita.
Ajak pejabat RT/RW untuk ikut gagasan ini sehingga warga bisa lebih terawasi. Ingat! karena ide dasarnya adalah menyalurkan kelebihan untuk tetangga yang membutuhkan, jangan ambil untung ya ketika menjual barang Anda yang tidak habis dikonsumsi.