Disclaimer: Penulis adalah salah satu Panelis Debat kedua Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Tabanan, yang diselenggarakan Kamis 3 Desember 2020. Tulisan ini murni sebagai refleksi, tidak mendukung atau memojokkan salah satu pasangan calon.
Debat pasangan calon kepala daerah yang disiarkan secara langsung di TV biasanya diikuti oleh debat kusir para pendukung di Sosmed, yang membela pasangan calon jagoannya.
Sebagai seorang dosen, saya menugaskan sejumlah mahasiswa untuk menonton debat, sekaligus saya bertanya apa komentar jujur mereka seusai menonton tayangan tersebut.
Jawaban dari puluhan mahasiswa rata-rata sama: Bosan, tidak menarik, tidak seru. Sebagian yang lumayan intelek berkomentar, "Pasangan calon kurang memiliki program baru, miskin data dan kemampuan retorika yang kurang"
Padahal, Tim Panelis yang dibentuk oleh KPU Tabanan terdiri dari orang-orang yang ahli dibidangnya, termasuk berpengalaman dalam penyelenggaraan Pemilu. Poin besar yang diinginkan oleh panelis adalah agar pasangan calon benar-benar memiliki ide/gagasan yang besar dan kemampuan membuat strategi yang matang. "Agar jangan sampai, visi misi mentereng, eksekusinya hanya berupa bansos" ujar salah satu panelis ketika mendiskusikan format debat.
Olehnya debat kedua ini diformulasikan dengan pertanyaan terstruktur yang diawali dengan gagasan/ide sampai pada strategi pada sejumlah bidang penting. Selain itu, debat juga sebagai pendidikan politik bagi masyarakat. Dimana sang calon akan terukur kesiapannya, rasa optimisme maupun percaya dirinya, bukan sekedar pasangan calon "sandal".
Debat kedua yang berlangsung di Studio Kompas TV tersebut memang belum menjadi tontonan yang menarik. Dari awal pemaparan visi misi kedua pasangan calon tampak berbicara formatif dengan intonasi yang kurang menarik. Pun ketika sesi pertanyaan dari panelis yang diharapkan menjadi sesi menunjukkan kemampuan, ternyata hanya dijawab datar oleh kedua pasangan calon.
Segmen yang ditunggu-tunggu ketika pasangan calon saling melempar pertanyaan, juga tampak datar tanpa kejutan apapun, walaupun calon nomor 2 yang tampak agresif, tetapi belum dapat memberikan kesan yang luar biasa.
Malah secara teknis bahasa tubuh calon wakil nomor urut 2 tampak menghindari berbicara dengan terus memposisikan microfon menjauh dari dirinya. namun demikian secara umum penampilan kedua pasangan calon patut diapresiasi, setidaknya seorang pemimpin harus berani tampil berbicara di publik, siap berbeda pendapat tanpa harus main pukul.
Pun kinerja KPU Tabanan patut diapresiasi melalui penyelenggaraan debat terbuka, memberikan peluang yang baik bagi masyarakat untuk lebih mengenal pasangan calon, bukan sekedar memilih berdasarkan warna atau arahan dari ototitas tertentu, misalnya atasan atau bahkan lingkungan.
Ke depan tampaknya, parpol harus lebih serius membina kadernya, termasuk tampil berdebat, bukan sekedar mendulang suara, apalagi dengan cara membeli suara. Bukan jamannya lagi.