Lihat ke Halaman Asli

Surpi Aryadharma

Dosen, Peneliti, Penulis Buku, Dharmapracaraka

Mengapa Orang Hindu di Pulau Dewata Pindah Agama?

Diperbarui: 28 Mei 2021   15:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keterangan Foto: Buku Hasil Penelitian Konversi Agama di Bali | dokpri

Tulisan ini merupakan hasil dari Penelitian ilmiah yang dilakukan selama tiga tahun di Bali dari tahun 2008-2010. Versi Lengkap ada dalam Buku Membedah Kasus Konversi Agama di Bali

Bali Pulau Indah Incaran Misionaris 

babtis-sanur-jpg-5f13b425d541df75a04ec2b2.jpg

Keterangan Foto : Pembabtisan yang dilaksanakan di Pantai Sanur Bali

Bali merupakan sebuah pulau yang unik dengan berbagai julukan yang mengagumkan, seperti the morning of the world, the last paradise, the world best island, the island of God, the island of tolerance, the island of love, pulau seribu pura, pulau Brahman dan berbagai julukan lainnya. 

Julukan Bali sebagai pulau Brahman justru diberikan oleh seorang misionaris Tionghoa yang sukses mengkon-versikan ratusan masyarakat Bali, Tsang To Hang. Bali yang terkenal dengan keindahan alam dan budaya serta kehidupan religius masyarakatnya, sehingga Bali memiliki daya tarik tersendiri bagi dunia pariwisata. 

Bahkan, upacara-upacara keagamaan seperti ngaben, odalan atau melasti sering dipromosikan (diekploitasi) menjadi salah satu even untuk menambah daya tarik wisatawan. 

Dengan kata lain bahwa komponen budaya Bali telah dijadikan komoditas untuk dikonsumsi oleh para wisatawan sehingga menimbulkan kesan komersialisasi dan mungkin saja terjadi penurunan kualitas kebudayaan Bali terutama pada sakralisasi kesenian. 

Baca juga : Agama, Intelek, Debat dan Fenomena Konversi Agama

Di pihak lain, masyarakat dan pemerintah daerah Bali semakin gandrung membina dan mengembangkan kesenian ataupun melaksanakan upacara yang besar (Ardika, 2004:22). 

Tentu hal ini menjadi pertanyaan besar juga dalam hati, apakah dengan upacara itu umat Hindu akan mampu menyelesaikan persoalan mereka setelah kematian ini. 

Atau akan menambah beban hidup, karena upacara besar itu tidak urung juga menimbulkan keluhan setelah selesai upacara, karena banyak orang memaksakan diri membuat upacara besar yang berakibat banyak harta benda yang terjual serta diikuti oleh persoalan penyelesaian hutang karena melaksanakan upacara. Hal ini mestinya dicarikan solusi agar ritual tidak menjadi beban, tetapi justru keindahan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline