Lihat ke Halaman Asli

Perjalanan

Diperbarui: 20 Juni 2015   02:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pohon-pohon di sepanjang jalan saling bergayut membangunkan daun-daun yang tengah tertidur. Sejauh perjalanan, suara musik khas minang menemani penumpang yang terlihat terkantuk-kantuk. Sesekali suara klakson mobil dihentakkan sang sopir hingga mengagetkan para penumpang yang tengah tertidur pulas. Suara bising mobil tua yang membawa para penumpang menjadi aktivitas baru di pagi itu.

Saat itu rintik hujan menemani perjalanan yang panjang. Jalan-jalan yang basah, bangunan-bangunan berjejer sejauh mata memandang, semerawut kota menjadi pemandangan baru, aktivitas manusia terlihat sepintas lalu. Semua berpadu menjadikan perjalanan saat itu seakan menjadi cerita yang tak ada habisnya.

Matahari enggan menampakkan tanda-tandanya. Sementara hujan masih terus menghiasi kaca depan mobil sang sopir. Selama perjalanan, terlihat di balik jendela pohon-pohon seolah menengadah ke atas menikmati rona langit yang memberikan harapan atas segala kehidupan. Perjalanan itu terasa sangat melelahkan, geliat para penumpang memaksakan sang sopir untuk istirahat sejenak.

Terlihat disebuah persimpangan, sebuah rumah makan sederhana menjadi pilihan untuk singgah sejenak. Mengendurkan urat-urat yang tegang dan mengisi perut yang tengah berderu kencang. Namun, hal itu tak berlangsung lama perjalanan masih akan dilanjutkan. Tampak sang sopir tengah menunggu para penumpang menaiki busnya kembali. Rasa empet yang sempat hilang sejenak kembali menemani para penumpang itu.

Suara starter bus menandakan perjalanan akan dilanjutkan. Tampak seorang ibu-ibu yang tengah menggendong anaknya berlarian menuju bus, wajahnya penuh khawatir ia takut ketinggalan bus. Sementara, cuaca yang tadinya hujan sudah terlihat cerah. Lagu-lagu khas minang kembali diperdengarkan kepada para penumpang, mulut sang sopir terlihat berkomat-kamit mengikuti alunan syair khas minang tersebut. Separuh perjalanan masih akan dilalui hingga menunggu tiba di Bumi Sriwijaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline