Lihat ke Halaman Asli

Jenderal Saling Serang, Bintara Narik Ojek?

Diperbarui: 20 Juni 2015   04:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya kaget menyaksikan Agum Gumelar (Ketua Umum Pepabri) di Metro TV menceritakan hal-hal negatif tentang Prabowo. “Wo, kalo mau ke luar negeri terserah deh, tapi bilang ke gue donk”, kurang lebih demikian yang dikatakan Agum. Tidak kalah terkejutnya ketika menyaksikan Suryo Prabowo (mantan Kasum TNI) mengatakan “Agum itu jadi tentara kalah berprestasi, jadi politisi kalah sukses, jadi pengusaha kalah kaya dibanding Prabowo”. Demikian kira-kira yang serangan Suryo kepada seniornya dan sesama warga Kopassus. Rupanya sedemikian tajamnya pertarungan pilpres kali ini, sampai-sampai para pensiunan jendral secara habis-habisan membela capres yang mereka dukung. Hal ini difasilitasi oleh stasiun-stasiun televisi yang memang memiliki keberpihakan politis, sesuai dengan keberpihakan pemiliknya.

Saya teringat sekian tahun lalu menyaksikan salah satu kuis disebuah stasiun televisi yang menghadirkan para prajurit sebagai peserta. Di kuis itu ada bintara TNI AL yang mendapat hadiah sepeda motor dan secara spontan ia menyatakan (kurang lebih) “Wah, ini sangat bermanfaat buat saya untuk narik ojek jika sudah pensiun”. Saya memang tidak pernah melihat atau mengetahui ada mantan prajurit yang menjadi tukang ojek. Tapi saya sering melihat langsung betapa kehidupan keluarga prajurit (bahkan perwira menengah sekalipun!) yang cukup memprihatinkan. Baik yang diliput televisi (misalnya konflik saat penggusuran keluarga tentara dari rumah dinas) hinggga fenomena yang tidak dilaporkan oleh media massa seperti tentara yang tidak membayar ongkos naik bus/metromini ataupun menjadi security di tempat hiburan malam.

Siapa pun presiden yang terpilih, mari kita desakkan 2 hal penting. Pertama adalah kesejahteraan prajurit. Jangan sampai para prajurit rentan terhadap suap atau bahkan bertindak kriminal demi mencukupi kehidupan ekonomi keluarga. Kedua, harus ada lembaga sejenis KPK yang bisa menangani korupsi di kalangan militer secara lebih efektif.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline