Di tengah kesibukan dan fokus menguji sidang Tesis Mahasiswa S2 Magister Akuntansi, Selasa 1 Agustus 2023, tiba-tiba ada Pesan Whats up masuk ke Smartphone saya. Isi Pesan tersebut berisi kalimat "Parjono dados Lurah Mas, Kalibanteng". Pesan Whats up tersebut datang dari sahabat saya, Mas Aris namanya. Mas Aris teman sekelas saya waktu menempuh pendidikan di SMP BK Andong Boyolali, 37 tahun yang lalu. Mas Aris kini bertugas di Dinas PUPR Kota Semarang. Dunia memang sempit, karena Mas Aris juga mengenal Parjono, ketika Prajabatan.
Parjono adalah PUTRA ASLI KELAHIRAN PAKIS, Kacangan, Andong, Boyolali. Parjono adalah sosok anak Desa, yang sukses meniti karir di Pemerintahan, bahkan sampai mendapat amanah sebagai Lurah, dibilangan Kota Besar yaitu Kota Semarang yang nota bene menjadi Ibukota Propinsi Jawa Tengah. Perjalanan kehidupan dan karirnya bagai jalan yang menanjak dan berliku. Asam garam kehidupan, baik manis, getir, pedas, asin telah dilaluinya dengan sabar, tekun, dan telaten, sehingga kini berbuah manis.
Parjono kecil lahir dan dibesarkan disebuah dukuh kecil, bernama Pakis. Sebagai anak desa, pekerjaan sawah, rumah tidak luput dari tangannya. Pekerjaan membantu kedua orang tuanya dimulai dari subuh, mengurus kandang sapi, mulai dari memindahkan sapi, membersihkan kandangnya hingga memberi makan sapi. Pulang sekolah mencari rumput, membantu pekerjaan Bapaknya di sawah dijalaninya dengan senyum syukur. Tiba dimalam hari, Parjono kecil bergegas ke Langgar dekat rumahnya untuk berebut memukul kenthongan pertanda waktu sholat tiba. Se usai sholat Maghrib, dengan tekun dan rajin belajar membaca Al Qur,an sampai waktu Isya' datang. Setelah berjama'ah sholat isya' Parjono Kecil belajar dengan Lampu Teplok, berbahan bakar minyak tanah.
Belajar malam hingga pukul 21.an Parjono kecil, keluar rumah, tidur di Langgar, diatas ubin tanpa tikar, apalagi bantal. Kami tidur berdua, bahkan satu sarung kami gunakan untuk selimut berdua. Manakala musim penghujan tiba, itu tidak hanya menjadi berkah bagi petani, tetapi juga menjadi permainan dan hiburan gratis bagi kami berdua. Ketika hujan turun, kami dapat main Hujan-hujanan (Elen-Elen) bersama. Kami tidak menyadari bahayanya main Elen-elen di kalen, sehingga Parjono kecil, pernah dihadiahi pukulan Pikulan dari bapaknya.
Selain cerita diatas, masih banyak cerita yang lucu dan geli ketika kami berdua mengenangnya. Cerita tersebut diantaranya kami berdua pernah nonton wayang berdua ke Nggedangan. Jalan dari pakis ke Nggedangan melewati elor kuburan, di samping Sumur Nganyang yang seram. Untuk menyiasatinya, kami berdua memakia sarung dari atas kebawah, hingga hanya mata saja yang tidak tertutup sarung. Masih banyak cerita kecil kami yang tidak bisa semua kami ceritakan disini. Begitu remaja kami berpisah, Parjono merantau dan meniti karir di Kota Semarang, dan saya merantau ke Jakarta. Dengan perjalanan masa kecil yang penuh dengan pelajaran kehidupan, membuat kami berdua menjadi pribadi yang ulet, tangguh dan trengginas. Dengan Kepribadian kami yang ulet, tangguh dan trengginas sehingga kami berdua boleh dikatakan sedikit berhasil menaklukkan tanah rantau.
Selamat bekerja menjalankan amanah untuk Parjono sahabat kecilku........ Doaku selalu menyertai setiap langkahmu, semoga Allah SWT memudahkan semua Urusanmu dan memberikan kesuksesan disetiap Aktivitas Ibadahmu... Tetaplah menjadi pribadi yang rendah hati dan tawadlu' seperti Parjono Pakis yang pernah menjadi sahabt kecilku dulu. Ingatlah nasehat Mbah Wiro, Tetaplah menjadi Pribadi yang memberikan berkah manfaat dan Migunani tumrap sepodo-podo.
Dari Sahabat kecilmu, yang tak akan lupa dengan cerita masa kecil kita di Pakis Tercinta
Dr. H. Suripto, S.E., M.Ak., CSRS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H