Lihat ke Halaman Asli

Suripto

Diary Onlineku

Kontroversi Teh Sebagai Menu Takjil

Diperbarui: 26 Februari 2018   10:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: resepkoki.id

Saya pernah mendapat broadcast BBM yang  salah satu isinya adalah kita sebaiknya menghindari konsumsi teh selama  berpuasa. Alasannya adalah karena teh bersifat diuretika yang dapat  membuat kita lebih sering buang air kecil. Bahaya dehidrasi dan  kekurangan garam serta mineral tertentu adalah efek samping bahayanya  teh untuk kesehatan kita selama berpuasa.

Lepas dari benar tidaknya broadcast  tersebut, saya tidak mempercayainya. Teh hijau rasa jenis bunga melati yang hangat dan kurma adalah adalah menu takjil paling pas bagi saya. Teh  hangat cenderung sedikit panas dengan sedikit gula atau bahkan tanpa  gula akan membasuh tenggorokan kering kami setelah berpuasa seharian.  Rasanya sangat menyegarkan. Jika sedang ada kurma, maka kurma adalah  makanan kedua yang kami makan setelahnya. Hanya 3 kurma saja sudah cukup  untuk menggantikan kebutuhan gula seharian.

Saya pernah membaca di  Suara Merdeka, bahwa teh hangat adalah salah satu alternatif menu takjil  yang baik untuk kesehatan. Teh memiliki banyak manfaat dan mengandung  antioksidan yang dapat menangkap radikal bebas, dapat membunuh kanker,  mengandung vitamin E yang baik untuk kesehatan jantung dan kehalusan  kulit. Teh juga mengandung vitamin A dan B yang sangat baik bagi mata,  hati dan metabolisme tubuh. Apalagi jika teh hangat tersebut berasal  dari teh hijau atau teh putih. [Sumber dari sini dan sini]

Meski  teh hangat baik untuk berbuka puasa, namun sebaliknya ketika sahur. Teh  sebaiknya dihindari ketika sahur karena sangat melancarkan metabolisme  tubuh. Sifat diuretika teh bisa memicu kita berkali-kali buang air  kecil. Mungkin fakta inilah yang membuat broadcast tersebut tersebar  luas dan sampai pada saya. Apalagi kebiasaan meminum teh dingin manis  untuk sahur dan berbuka puasa. 

Minuman yang ini sebaiknya dihindari.  Jika teh hangat mengandung anti oksidan untuk menangkap radikal bebas,  teh dingin malah memiliki resiko yang cukup serius bagi tubuh. Teh  dingin mengandung oksalat yang bisa meningkatkan resiko batu ginjal.  Maka jangan menyeduh teh dan meminumnya lama setelahnya, apalagi menanti  berjam-jam. Bukan hanya segar yang dirasa, kandungan kurang baik dari  teh malah kita konsumsi. Teh yang baik adalah yang diseduh dan dinikmati  segera. Seduh teh dengan air panas selama 4-5 menit dan segera nikmati  kesegarannya, plus ekstra kandungan antioksigen tinggi dan mineral yang  sangat baik bagi tubuh kita.

Berbuka puasa kok hanya dengan teh? Menu  takjil kok Cuma teh hangat? Apa bedanya dengan hari-hari biasa? Mungkin  itu yang Anda pikirkan. Sebenarnya ada salah kaprah yang cukup parah  yang terjadi selama ini. Takjil diartikan sebagai memakan/berbuka puasa  dengan makanan yang manis-manis. Maka aneka hidangan manis khas Ramadan  pun mudah ditemukan ketika menjelang berbuka puasa. Padahal arti kata takjil atau ta'jil  sebenarnya adalah penyegaran. Diambil dari bahasa Arab. Secara makna,  takjil bermakna melakukan penyegaran saat membatalkan puasa dengan cara  memakan makanan kecil. Seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW  dengan melakukan takjil (penyegaran/menyegerakan) sebelum melakukan  sholat magrib yaitu berbuka dengan kurma atau air putih.

"Adalah  Rasulullah berbuka dengan Rutab (kurma yang lembek) sebelum shalat,  jika tidak terdapat Rutab, maka beliau berbuka dengan Tamar (kurma  kering), maka jika tidak ada kurma kering beliau meneguk air." (Hadits  riwayat Ahmad dan Abu Dawud).

Jadi tak ada hubungannya sama sekali dengan berbuka/makan makanan yang manis-manis.
Masih  percaya bahwa teh berbahaya jika dikonsumsi ketika sahur dan berbuka  puasa? Atau... masih menganggap bahwa menu takjil adalah kolak, bubur,  sirup, es campur atau makanan-makanan lain yang mengeyangkan? Semoga  tidak ya. Karena sangat dianjurkan bagi kita untuk meneladani sunah  rosul. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline