Saya pernah mendapat broadcast BBM yang salah satu isinya adalah kita sebaiknya menghindari konsumsi teh selama berpuasa. Alasannya adalah karena teh bersifat diuretika yang dapat membuat kita lebih sering buang air kecil. Bahaya dehidrasi dan kekurangan garam serta mineral tertentu adalah efek samping bahayanya teh untuk kesehatan kita selama berpuasa.
Lepas dari benar tidaknya broadcast tersebut, saya tidak mempercayainya. Teh hijau rasa jenis bunga melati yang hangat dan kurma adalah adalah menu takjil paling pas bagi saya. Teh hangat cenderung sedikit panas dengan sedikit gula atau bahkan tanpa gula akan membasuh tenggorokan kering kami setelah berpuasa seharian. Rasanya sangat menyegarkan. Jika sedang ada kurma, maka kurma adalah makanan kedua yang kami makan setelahnya. Hanya 3 kurma saja sudah cukup untuk menggantikan kebutuhan gula seharian.
Saya pernah membaca di Suara Merdeka, bahwa teh hangat adalah salah satu alternatif menu takjil yang baik untuk kesehatan. Teh memiliki banyak manfaat dan mengandung antioksidan yang dapat menangkap radikal bebas, dapat membunuh kanker, mengandung vitamin E yang baik untuk kesehatan jantung dan kehalusan kulit. Teh juga mengandung vitamin A dan B yang sangat baik bagi mata, hati dan metabolisme tubuh. Apalagi jika teh hangat tersebut berasal dari teh hijau atau teh putih. [Sumber dari sini dan sini]
Meski teh hangat baik untuk berbuka puasa, namun sebaliknya ketika sahur. Teh sebaiknya dihindari ketika sahur karena sangat melancarkan metabolisme tubuh. Sifat diuretika teh bisa memicu kita berkali-kali buang air kecil. Mungkin fakta inilah yang membuat broadcast tersebut tersebar luas dan sampai pada saya. Apalagi kebiasaan meminum teh dingin manis untuk sahur dan berbuka puasa.
Minuman yang ini sebaiknya dihindari. Jika teh hangat mengandung anti oksidan untuk menangkap radikal bebas, teh dingin malah memiliki resiko yang cukup serius bagi tubuh. Teh dingin mengandung oksalat yang bisa meningkatkan resiko batu ginjal. Maka jangan menyeduh teh dan meminumnya lama setelahnya, apalagi menanti berjam-jam. Bukan hanya segar yang dirasa, kandungan kurang baik dari teh malah kita konsumsi. Teh yang baik adalah yang diseduh dan dinikmati segera. Seduh teh dengan air panas selama 4-5 menit dan segera nikmati kesegarannya, plus ekstra kandungan antioksigen tinggi dan mineral yang sangat baik bagi tubuh kita.
Berbuka puasa kok hanya dengan teh? Menu takjil kok Cuma teh hangat? Apa bedanya dengan hari-hari biasa? Mungkin itu yang Anda pikirkan. Sebenarnya ada salah kaprah yang cukup parah yang terjadi selama ini. Takjil diartikan sebagai memakan/berbuka puasa dengan makanan yang manis-manis. Maka aneka hidangan manis khas Ramadan pun mudah ditemukan ketika menjelang berbuka puasa. Padahal arti kata takjil atau ta'jil sebenarnya adalah penyegaran. Diambil dari bahasa Arab. Secara makna, takjil bermakna melakukan penyegaran saat membatalkan puasa dengan cara memakan makanan kecil. Seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dengan melakukan takjil (penyegaran/menyegerakan) sebelum melakukan sholat magrib yaitu berbuka dengan kurma atau air putih.
"Adalah Rasulullah berbuka dengan Rutab (kurma yang lembek) sebelum shalat, jika tidak terdapat Rutab, maka beliau berbuka dengan Tamar (kurma kering), maka jika tidak ada kurma kering beliau meneguk air." (Hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud).
Jadi tak ada hubungannya sama sekali dengan berbuka/makan makanan yang manis-manis.
Masih percaya bahwa teh berbahaya jika dikonsumsi ketika sahur dan berbuka puasa? Atau... masih menganggap bahwa menu takjil adalah kolak, bubur, sirup, es campur atau makanan-makanan lain yang mengeyangkan? Semoga tidak ya. Karena sangat dianjurkan bagi kita untuk meneladani sunah rosul.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H