Lihat ke Halaman Asli

Santi Harahap

Berjuang menegakkan kebenaran walaupun dengan Do'a

Jangan Sampai dech Ideologi Komunis Tumbuh Kembali di Indonesia

Diperbarui: 4 Februari 2016   02:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Januari bulan kemaren saat itu aku diundang oleh seorang teman lama yang sudah lama sekali kami tidak bertemu. Senang rasanya aku bisa bertemu kembali dengannya. Tiba di Bandara Juanda aku dijemput olehnya beserta sanak keluarganya untuk bisa mampir ke rumahnya yang berada di sekitar wilayah Kenjeran, dalam hatiku senang rasanya bisa melihat Suramadu yang terkenal itu.

Gambar Spanduk Dirgahayu 43 Partai PDIP

Tidak jauh lepas dari Bandara Juanda, temanku mengajak mampir untuk makan malam di sekitar jalan Kendangsari untuk sekedar mencicipi lezatnya penyetan Bebek Goreng ala arek Suroboyo. Namun ketika melintas disekitar Jalan Kendangsari aku melihat sebuah spanduk besar yang berisikan Dirgahayu 43 tahun PDI Perjuangan yang waktu aku amati sepertinya agak ganjil dengan spanduk tersebut. Angka 4 yang tertera dengan spanduk tersebut mirip sebuah gambar arit dan sebuah palu yang membentuk angka 4. Sebagai warga negara Indonesia aku hanya bisa bertanya dalam hati kenapa Partai besar sebagai pendukung Presiden RI Jokowi dan Ketua Umumnya menggemborkan semangat Ideologi Pancasila bisa mencamtumkan simbol yang pernah digunakan sebagai simbol PKI, simbol yang pernah mencederai Bangsa Indonesia dengan pemberontakannya pada tahun 1948 dan 1965 ada dalam spanduk memperingati hari jadi Partainya yang ke 43.

Gambar angka 4 yang menggambarkan Arit dan Palu

Selepas makan malam tersebut kami melanjutkan perjalanan kembali, namun aku kembali bertanya dalam hati ketika melihat spanduk lainnya yang sama di sekitar Jalan Mayjen Sungkono. Aku bertanya dalam hati apakah benar kata teman-temanku yang ada di Jakarta sana bahwa semboyan PKI tidak akan padam dan akan melakukan pergerakanya kembali setelah 1948 dan 1965 atau yang mereka sebut pergerakan jilid 3 dimana mereka melakukan pergerakan secara halus dengan mulai masuk dalam dunia perpolitikan di Indonesia serta untuk mencoba masuk dalam pemerintahan ataupun mengambil alih pemerintahan dengan cara yang sah, mencoba mengambil hati rakyat Indonesia agar mereka bisa duduk dalam parlemen dan mencoba untuk mencabut TAP MPRS XXV/1966 tentang Larangan Paham Komunisme di Indonesia. Mereka melakukan semua itu dengan tujuan agar Ideologi Komunis bisa masuk kembali dalam dunia perpolitikan di Indonesia.

Teringat akan nasihat orang tua terdahulu akan bahaya laten komunis. Mereka mengingatkan agar selalu waspada terhadap bahaya ideologi Komunis. Setelah melihat fakta yang ada ketika pemberontakan PKI 1948 yang menyebabkan ratusan ribu orang meninggal diantaranya banyak saudara kita yang muslim habis dibantai oleh keganasan PKI, Pondok Pesantren yang kebanyakan dari NU, Para Ulama dan elemen-elemen masyarakat, semuanya menjadi korban keganasan PKI 1948 yang kala itu dipimpin oleh Amir Muso. Terutama di Madiun dan Magetan merupakan kota yang paling banyak korban berdarah dari kekejaman PKI. Saksi bisu berupa sumur tua di Desa Soco, Desa Kresek, Desa Tetenger dan masih banyak lagi merupakan salah satu bukti bahwa ideology Komunis merupakan ideologi yang sangat kejam.

Gambar saksi bisu tempat pembantaian korban PKI

Tahun 1965 adalah sebuah fakta yang tidak hanya mengejutkan Indonesia tapi juga Dunia Internasional yang ketika itu PKI berusaha melakukan kudeta untuk menggulingkan pemerintahan Indonesia yang sah melalui pergerakan G30S PKI nya melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap 7 pimpinan militer Indonesia  dan beberapa orang lainnya, seperti Jenderal Ahmad Yani, Letnan Jenderal R. Suprapto, Letnan Jenderal Haryono, Letnan Jenderal Siswondo Parman, Mayor Jenderal Pandjaitan, Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, Kapten Pierre Tendean, Brigadir Jenderal Katamso Darmokusumo, Kolonel Sugiono, dan AIP Karel Satsuit Tubun. Mereka tewas di tangan kejamnya pergerakan PKI 1965 dibawah pimpinan Kolonel Untung.

Terlepas dari kontroversi  beberapa orang yang ingin memutar balikan sejarah namun hal tersebut adalah fakta bagaimana kejamnya ideologi Komunis apabila dibiarkan begitu saja di negara kita tercinta. Berapa orang lagi yang akan menjadi korban apabila tidak sepaham dengan ideologi Komunis. Apalagi ideologi Komunis yang tidak sepaham dengan mayoritas penduduk Indonesia yang muslim. Bisa dibayangkan dan direnungkan apabila hal tersebut terjadi…

Tak lama kemudian aku dikejutkan oleh suara temanku yang mengatakan bahwa kita sudah sampai dirumahnya dan saatnya kami melepaskan kepenatan yang sangat melelahkan akibat perjalanan yang lumayan jauh Amsterdam-Jakarta-Surabaya.

Fakta sudah ada dalam Sejarah keganasan paham dan Ideologi Komunis..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline