Menanggapi komentar dari Kapolda Metro Jaya yang juga sudah banyak pengalamannya tentang Papua karena pernah menjadi sebagai Kapolda Papua Tito Karnavian tentang adanya keterlibatan dari pihak internasional terutama yang pro-kemerdekaan Papua dalam insiden Tolikara sangat menarik.
Ditambah dengan tanggapan dari BNBPT melalui staf ahlinya Wawan Purwanto yang menyebutkan ada peran keterlibatan asing selain pro-kemerdekaan dalam insiden Toliara 17 Juli 2015 kemaren. Tanggapan-tanggapan dari para tokoh nasional tersebut sangat menggugah hati kami sebagai warga negara Indonesia yang memunculkan pertanyaan ko mudah sekali pihak internasional untuk masuk ke daerah NKRI ini tanpa sepengetahuan apparat berwenang, apalagi bisa sampai untuk memunculkan insiden yang sangat melukai semangat toleransi antaragama di Indonesia.
Provinsi Papua apabila dilihat dengan teropong di pulau Sumatera, Jawa apalagi Bali merupakan suatu daerah di ujung Timur Indonesia. Dengan pemberitaan media yang menghipnotis para pembaca untuk mebayangkan sebuah daerah dengan hutan belantara dengan warga yang bersuku-suku, seolah kita terhipnotis dengan Papua yang masih kuno.
Buanglah pikiran Papua yang sudah kuno saat ini Papua adalah sebuah daerah dengan tingkat kemajemukan yang sangat tinggi, bahkan daerah maju seperti Jakarta menurut saya kalah dengan tingkat kemejemukan Papua. Apabila Jakarta mayoritas penduduknya adalah suku bangsa Jawanya sebagai pendatang maka Papua mayoritas penduduknya adalah suku bangsa dari dunia Internasional sebagai pendatangnya. Mengapa demikian…Mau tau atau aja atau mau tau sekali…?
Sekitar 3 tahun yang lalu tepatnya Juni 2012 kami pernah mengunjungi sebuah daerah yang dipeta dinamakan daerah Wamena, sebuah daerah yang penduduk aslinya dinamakan oleh suku Kimyal ada juga suku yang namanya sama dengan teman kami Dani. Sebuah daerah dengan penduduknya sangat tertutup yang menariknya rumah disana seperti payung tertutup dengan jerami sebagai penutupnya. Namun yang lebih mengherankan banyak sekali penampakan bule-bule dari Negara Internasional yang berbeda-beda, kebetulan dengan skill conversation yang lumayan lah kami beranikan mengobrol dengan penampakan bule-bule tersebut. Tidak perlu sesajen kami beranikan menanyakan tujuan untuk mereka berada di daerah tersebut dan dengan tercenggangnya bahwa mereka berniat akan melakukan ekspansi di daerah tersebut dengan menerapkan landasan kepercayaan yang mereka anut untuk dikembangkan didaerah tersebut.
Saat itu kami berpikir dengan banyaknya pennampakan bule internasional di daerah tersebut kami ramalkan bahwa julukan mutiara hitam akan bisa hilang dari bumi cendrawasih mungkin julukan akan berganti dengan mutiara bule di Papua.
Sebagai warga negara yang suka sekali dengan travelling kami bertanya dimana peran imigrasi didaerah Wamena tersebut. Kenapa mereka tidak sekalipun menanyakan dan mencurigai kedatangan para penampakan bule yang datang didaerah tersebut. Mungkin mereka ga bisa Bahasa Inggris kali yee..
Pentingnya sikap kewaspadaan dan kecurigaan terhadap orang asing masih perlu dilakukan agar bagi mereka yang punya anak kecil tidak hilang anaknya. Adanya keterlibatan pihak asing menurut pendapat saya sangatlah mungkin terjadi apalagi adanya isu SARA yang beredar disana sangatlah memungkinkan. Karena itu diperlukan pikiran yang sehat dan positif dalam menanggapi isu-isu seperti insiden Tolikara agar tidak lagi terjadi di Bumi Pertiwi terutama di Bumi Cendrawasih yang dengan tingkat kemajemukan yang sangat mencenangkan saat ini.