Sebagai seorang Ahli Gizi tentunya saya akan memberikan sudut pandang bahwa gizi seimbang merupakan salah satu solusi ditengah ketidakpastian akibat COVID-19. karena tahukah kalian bahwa makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang menjadi kebutuhan utama dalam mempertahankan kehidupannya.
Menurut Ahli gizi dari Universitas Gadjah Mada, Bapak Perdana Samekto MSc RD menyampaikan bahwa manusia memiliki batas waktu tertentu untuk mampu bertahan hidup tanpa makanan yaitu rata-rata manusia hanya bisa bertahan tanpa makan hingga tiga minggu.
Oleh sebab itu makanan merupakan hal pokok yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan harian manusia.
Tetapi saat ini yang jadi masalah adalah dalam proses menyiapkan makanan sebagian besar masyarakat khususnya di negara Indonesia cenderung konsumtif, artinya lebih banyak yang membeli makanan dibandingkan dengan membuat makanan.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013 menyatakan bahwa biaya belanja makanan penduduk indonesia meningkat menjadi lebih besar 1,3 kali dari belanja makanan pokok. dan rasio ini semakin meningkat pada tahun 2017, dimana biaya belanja makanan jadi sekitar dua kali lipatnya makanan pokok.
Peningkatan biaya belanja makanan ini tentunya akan menjadi bom waktu ditengah kepastian, karena uang dijadikan sebagai alat transaksi dalam pembelian makanan, ditambah jika terjadi kenaikan harga makanan maka bukan tidak mungkin lama kelamaan pada saat pengeluaran lebih besar dari pendapatan bisa menyebabkan sebagian besar masyarakat di Indonesia mengambil uang simpanan mereka di bank secara bersamaan dan dalam jumlah besar sehingga dikhawatirkan terjadi rush.
Bila dilihat dari sudut pandang kebolehan maka membeli makanan tentunya tidak salah tetapi juga harus dibarengi dengan pemberian pemahaman kepada masyarakat bahwa pembelian makanan juga harus disesuaikan dengan kebutuhan gizinya.
Karena dikhawatirkan bila membeli makanan melebihi kebutuhan tubuhnya maka akan banyak menghasilkan sisa makanan. Bahkan badan pangan PBB, Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) menyampaikan bahwa Negara Indonesia menghasilkan sekitar 13 juta ton sampah makanan setiap tahunnya, dalam beberapa sumber menyebutkan bila sampah sisa makanan di Indonesia di konversi menjadi nilai rupiah maka dalam 10 bulan bisa bernilai setara Rp 27 triliun, nilai yang fantastis untuk kategori sisa makanan.
Oleh sebab itu sangat penting meningkatkan kesadaran masyarakat untuk cerdas berprilaku dalam membeli makanan. Salah satu solusinya yaitu dengan gizi seimbang.
Gizi seimbang adalah kesesuaian antara asupan makanan dengan kebutuhan tubuh sehingga anggapan sebagian masyarakat yang mengatakan "makan banyak biar kenyang" bisa diluruskan. karena sebenarnya dalam 1 piring makanan cukup terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, sayuran, dan buah lalu ditambah dengan air putih. Kemudian untuk berapa jumlah porsinya maka harus disesuaikan dengan kebutuhan atau kecukupan gizinya seperti contoh untuk rata-rata kebutuhan 1700 kalori untuk orang sehat tanpa komplikasi penyakit maka dalam sekali makan menu satu piringnya terdiri dari nasi putih 2 centong, telur ayam 1 butir, tahu 1 potong, sayur 1 mangkok sedang, pisang 1 buah. jadi tidak perlu berlebihan.
Selain itu banyak yang menganggap bahwa makanan sehat itu mahal, menurut saya anggapan ini tentunya kurang tepat. Makanan sehat itu tidak harus makanan mahal kok, karena masih banyak bahan makanan yang ada di sekitar kita yang murah, terjangkau, dan selalu tersedia dengan nilai gizi yang baik jadi sebenarnya negara kita tidak harus impor bahan makanan.