Lihat ke Halaman Asli

Masihkah Idealisme Menjadi Identitas?

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Masyarakat indonesia merupakan masyasrakat yang heterogen, namun disitulah letak keistimewaannya. Mereka saling menghargai satu sama lain, dan mereka punya adat tersendiri yang tidak dimiliki bangsa lain. Dari keberagaman itu mereka membentuk sebuah komunitas-komunitas agar mereka dapat saling berbagi dengan yang lainnya. Ada suatu kebanggan tersendiri menjadi bangsa indonesia yang tidak dimiliki bangsa manapun yakni semangat untuk memperjuangkan bangsa dari penindasan bangsa lain. Ketika dari perbedaan itu mereka dapat mempersatukan keinginan dan menyatukan satu tujuan, kekuatan besar muncul membentuk suatu kesatuan. Tak peduli apakah mereka punya adat yang sama atau tidak,”bagimu satu tanah airku, bagimu negriku jiwa dan ragaku”. Niliai idealis seolah menjadi dasar hidup untuk bermasyarakat.Yang terus berkembang selama beberapa abad yang lalu.

Namun demikian semakin berkembangnya zaman, layaknya batu yang keropos karena terkena tetes air terus menerus nilai idelais itu semakin menghilang karena dampak dari kapitalisme yang melanda indonesia saat ini.Jiwa kebersamaan itu sudah jarang ditemukan di masyarakat saat ini. Kehadiran era globalisasi di masyarakat indonesia sedikit demi sedikit menghapuskan nilai idealis dan kekeluargaan yang ada.

Saat ini jarang masyarakat yang peduli dengan keadaan sekitar. Untuk menghilangkan kejenuhan, tinggal dirumah dan sambil nonton tv atau tidur tiduran dirumah menjadi pilihan daripada keluar rumah, beramah tamah, dan bergaul dengan masyarakat, mempererat hubungan strata sosial. Rasa peduli tidak akan terbentuk jika ada egoisme yang melekat dalam diri setiap orang.

Apa yang terjadi pada bangsa kita. . . ? ? nasionalisme kita seolah-olah sekarang mulai surut. Kegelisan ini muncul dariku, dari seorang rakyat yang rindu akan kebersamaan, yang rindu akan idealisme bangsa indonesia.

Lihat saja, di era globalisasi saat ini banyak sekali barang barang elektronik yang tersebar disetiap daerah. Kita menjadi konsumtorbarang-barangeletronik, bahkan bisa dibilang kita adalah konsumtorterbesar didunia, baik itu berupa transportasi, media massa, ataupun new media.

Penjajahan dinegara kita sampai saat ini masih berlangsung. Bagaimana tidak. ? ? kita lihat saja cultur budaya kita yang semakin samar tertutupi oleh budaya asing. Dalam letak sistem strata sosial nilai estetika sosial budaya kita jauh lebih diatas dari negara-negara asing, mulai dari adat istiadat, kebiasaan, cultural, dan status sosial lainnya.

Agak miris memang, jika harus mencela bangsa senidri. Tapi biarlah. Mari kita beralih dari sebuah retorika masalah menuju realitas yang ada. Dimana para muda mudi menghabiskan waktu luangnya ??, warnet!!! Apa yang dicari?? Hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan kah??, bukan!!! Mengerjakan tugaskah ??, tidak !!. jarang sekali ditemukan muda mudi saat ini yang benar-benar memanfaatkan media internet untuk hal yang lebih bermanfaat. Maaf jika ungkapan saya yang satu ini agak menyinggung, kebanyakan dari mereka hanya update fb atau twitter atau yang lainnya.

Kita berpindah kemasalah yang lain. Kita amati sajalah, antara muda-mudi yang sedang berkumpul dikampus, tempat ngopi, ataupun di tempat tongkrongannya. Perhatikan dengan baik-baik, tak cukup sehari atau dua hari, bila perlu amatilah selama satu minggu atau dua minggu. Pasti selama mereka berkumpul, jarang yang banyak bicara, yang lebih sering adalah mengotak atik hp atau smsan dengan orang lain, atau bermain laptop, seakan-akan mereka tak sadar bahwa ada teman bicara yang berlengang disamping mereka.

Pun bisa juga berkumpul hanya untuk bermain game. Lihatlah fenomena-fenomena disekitar kita, di desa pun jarang ada yang namanya gotong royang. Penyakit ini kayakya tidak hanya melanda daerah-daerah perkotaan tapi sudah semakin menyebar dan masuk kesendi-sendi masyarakat desa.

Inilah yang membuat bangsa kita semakin kehilangan ciri khasnya, yang membuat cultur bangsa kita semakin tersingkir.Sedikt demi sedikit cultur budaya bangsa ini terkikis. Yang mulanya idealis menjadi kapitalis, yang awalnya normatif menjadi konsumtif.

Marilah dengan semangat pancasila kita bangun ideologi bangsa ini menjadi bangsa yang merdeka, yang selalu bangga akan cultur budayanya. Terima kasih.

Oleh : surat yasin

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyaakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline