Lihat ke Halaman Asli

Wajah Baru Indonesia

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

perjuangan panjang melalui tahap pemilihan membawa bapak joko widodo menjadi orang nomor 1 di indonesia. dengan gaya politiknya yang khas nan sederhana, ia menjadi sosok yang mudah dikenal dan diterima dalam masyarakat.

indonesia merupakan suatu negara adidaya yang mampu memberikan seberkas kenikmatan, namun juga tidak sedikit masalah yang bercampur aduk didalamnya. bulan lalu atau mungkin dalam satu tahun terakhir ini, masyarakat kita dihebohkan dengan rancangan pemilihan legislatif dan pemilihan presiden republik indonesia. dan saat ini, negeri ini kembali dihebohkan dengan tingkah laku para pejabat yang dinilai kurang 'trep' atau bisa dibilang kurang pantas dilakukan oleh negarawan pada umumnya. ditambah lagi dengan isu kenaikan BBM yang akan ditetapkan oleh bapak jokowi tahun depan.

dalam artikel opini ini, penulis tidak akan membahas tentang segelintir masalah yang sedang terjadi di indonesia. namun, penulis akan mengupas sedikit tentang, wajah negarawan baru indonesia saat ini.

dalam pada masanya setiap rezim pemerintahan di indonesia ini memiliki ciri khasnya masing-masing. soekarno dengan demkrasi terpimpinnya, suharto dengan rezim otoriternya, kemudian disusul dengan era reformasi yang dimulai dengan terpilihnya bapak abdurrahman wahid sebagai presiden indonesia, ibu megawati dan bapak SBY. semuanya memiliki karakter tersendiri dalam memimpin negeri ini. terakhir memimpin negeri ini adalah bapak susilo bambang yudoyono atau yang lebih dikenal dengan SBY ini, memimpin dengan gaya elite politiknya yang begitu khas dengan tutur katanya yang politis namun mendalam. pada masa jabatan yang pertama, pak SBY mampu membawa masyarakat ini (read:indonesia) menjadi lebih baik.

namun, untuk kesempatan yang kedua kalinya jabatan presiden yang ditanggung oleh bapak SBY ini dirasa kurang memberikan kepuasan terhadap masyarakat. nampaknya dengan kabinet indonesia bersatu, SBY belum mampu memilah anggota kabinetnya dengan seksama sehingga banyak sekali terjadi masalah-masalah korupsi dikalangan negarawan. sehingga, dampak dari masalah ini merambat sampai masyarakat dikalangan menengah kebawah terutama dari sektor ekonomi.

berbeda halnya dengan bapak presiden kita saat ini, baik dari cara berbicara maupun dalam mengatur sistem pemerintahan. dari segi politik, presiden kita yang satu ini lebih condong kepada politik sederhana yang tidak banyak menggunakan bahasa-bahasa penuh makna seperti halnya presiden sebelumnya. beliau lebih menggunakan bahasa yang sederahana dan mudah dimengerti oleh rakyat kecil atau lebih tepatnya biasa menggunakan bahasa rakyat.

sedangkan untuk sistem pemerintahannya, untuk pemilihan kabinetnya penyeleksian dilakukan secara seksama dengan menelusuri rekam jejak dari sekian anggota kabinet untuk meminimalisir adanya korupsi dikalangan negarawan. selain itu juga untuk memaksimalkan calon anggota kabinet yang benar-benar siap bekerja untuk melayani rakyat. walhasil, terbentuklah 'kabinet kerja' dengan sekian anggota yang dipilih dari akademisi, politisi, dan praktisi yang diharapkan mampu memberikan poin plus dalam hal penanganan masalah publik serta mampu memajukan negeri ini. dengan terbentuknya kabinet kerja ini diharapkan, indonesia kedepannya mampu bersaing dengan negara asia lainnya dalam menyongsong masa depan terlebih lagi dalam menghadapi ASEAN ECONOMIC COMMUNITY ( MEA )2015 mendatang. dengan begitu, cap sebagai negara berkembang bisa kita tinggalkan.

dengan langkah awal yang dilakukan oleh pak jokowi dalam memimpin negeri ini perlu diapresiasi sebagai upaya untuk meminimalisir tindak korupsi dikalangan negarawan. walapun begitu, hal ini tidak bisa menjamin secara utuh bahwa korupsi akan hilang di kalangan negarawan kedepannya. sebagai masyarakat yang peduli terhadap bangsa ini kita hanya bisa mengawasi dari balik layar.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline