Lihat ke Halaman Asli

Negeriku...

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

pelik memang bila harus dirasakan. menjadi warga indonesia yang diremehkan oleh warga negara lain. tak kunjung hentinya aku merasa dan meikirkan kapankah negari ini akan bangkit? kapankah negari ini akan meninggalkan konsumerismenya?. adakah diriku ini menemui masa itu? masa dimana kita sebagai manusia yang sederajat. masa dimana kita hidup sebagai mangsa yang mempunyai martabat dimata negara lain. kapankah negeri ini akan bersih dari tangan-tangan yang hanya bisa bersembunyi dibalik saku? yang bersih didalamnya namun busuk didalamnya? akankah masa-masa itu akan tiba?

setiap kali aku merasa dan mengikuti perkembangannya. negari ini tidaklah bertambah baik adanya. justru malah makin merajalela. tak malu lagi mereka menampakkannya. setiap tahun, setiap bergantinya satu masa pemerintahan ke masa pemerintahan yang baru. masalah ini bukannya tambah menyusut malah tidak karuan. setiap kepercayaan yang dibebankan kepada mereka malah dissalahgunakan. setiap tanggung jawab yang dibebankan diatas pundak mereka malah dipertaruhkan untuk kepentingan pribadi sendiri mereka. tak urung itu tak membuat mereka malu. malah kebanggaan menyelubungi hati mereganka. dengan tingkah lakunya dia  yakinkan bahwa dialah yang pantas menanggung beban itu.

kepalaku pusing melihat peliknya negeri ini. kepalaku serasa ingin pecah melihat tingkah berita-berita buruk yang selalu emnjadi santapan pagi. kasus-kasus terjadi disana-sini, kasus korupsi pergi, kasus bencana menghampiri. kasus penghinaan terhadap pemimpin negeri ini datang sebagai inti, kasus tandingan DPR ikut berpastisipasi. belum lagi kasus-kasus membingungkan lainnya yang terjadi dalam negeri ini. oi, pelikny negari ini. seperti kutukan yang terus membelenggu, tiada henti permasalahan terus saja datang mengawasi. dari petani, nelayan, pedagang, karyawan, pedagang kali lma, pedagang asongan, pengusaha, birokrat, LSM, pemerintah daerah, bahkan pemerintah pusat. aaaahhhhh betapa muramnya negeriku ini. betapa sedihnya, betapa keriputnya tanah yang kuinjak ini. melihat kelakuan dari sang kholifah fil ardli.

kepalaku semaikn tambah pusing dengan kelakuan para akil rakyat akhir-akhir ini. inikah potret indonesia saat ini? inikah potret gambaran dari negarawan yang telah dipilih oleh rakyat?. semuanya saling unjuk gigi, memperlihatkan seolah dialah yang terbaik. dia ingin terlihat baik dimata masyarakat. di ingin terlihat profesional dimata rakyat. namun yang diperbuatnya tak lebih dari seorang berandalan yang turun kejalan.

kekejaman apa ini?, mengapa negeri ini semakin miskin akan kaum intelektualnya. ngakunya sarjana, ngaunya magister dan doktor. namun kelakuannya tak lebih baik dari seorang petani kampung. beri aku alasan mengapa negeri ini menciptakan orang-orang seperti ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline